Perlu Infrastruktur Berkualitas di Perbatasan

id Perbatasan

Perlu Infrastruktur Berkualitas di Perbatasan

Dekan Fakultas Ekonomi Unwira Kupang Dr Thomas Ola Langoday SE.MSi

Apabila infrastruktur dibangun berkualitas, maka geliat ekonomi akan nampak dalam perdagangan antara Indonesia-Timor Lesta bahkan dengan Australia.
Kupang (Antara NTT) - Pengamat Ekonomi Unika Widaya Mandira (Unwira) Kupang, Dr Thomas Ola Langoday, SE, M.Si mengatakan, perlu pembangunan infrasturktur berkualitas di daerah perbatasan sebagai teras depan Indonesia dengan negara tetangga.

"Hal ini dimaksudkan untuk menggerakan percepatan perekonomian dan memperlancar proses perdagangan antarwarga pada pasar-pasar tradisional yang telah bangun pemerintah pusat di perbatasan Indonesia-Timor Leste," katanya di Kupang, Selasa.

Selain itu, kata dia, apabila infrastruktur dibangun berkualitas, maka geliat ekonomi akan nampak dalam perdagangan antara Indonesia-Timor Lesta bahkan dengan Australia.

Dekan Fakultas Ekonomi Unwira Kupang ini, tersebut terkait belum optimalnya pemanfaatan pasar-pasar tradisional di perbatasan karena akses infrastrukturnya belum memadai, terutama menuju ke sarana dan prasarrana perdagangan itu.

"Memang beberapa titik jalan antar kedua negara telah dibangun dengan standar internasional, namun hanya pada titik utama yang menghubungkan kedua negara, tetapi akses dari pemukiman warga baru dan warga lokal menuju ke pasar-pasar itu perlu pembenahan lagi," katanya.

Ia mengakui Malaysia dengan kesiapan infrastrukturnya, ternyata telah mengendalikan pasar di perbatasan, tetapi ternyata hal yang sama tidak dapat lakukan di wilayah perbatasan Indonesia-Timor Leste, karena pembangunan infrastruktur di perbatasan, masih terbatas, bahkan masih jauh dari dari harapan ideal.

"Yang terjadi malah sebaliknya, pembangunan infrastruktur di Timor Leste jauh lebih baik dan konsisten, sehingga produk Indonesia meski tidak punya saingan tetapi justeru belum mampu mendikte pasar seperti yang terjadi di perbatasan Kalimantan, dimana pasar sepenuhnya dikuasai produk Malaysia," katanya.

Langoday yang juga Dosen "terbang" pada sejumlah Universitas di Timor Leste itu mengatakan di perbatasan bekas provinsi ke-27 ketika Timtim masih menjadi bagian Indonesia, produk barangnya ada, tetapi terbatas larisnya sebab harganya sudah terlalu mahal, sehingga sulit bagai negara tetangga itu memiliki ketergantungan dengan Indonesia, untuk saat ini.

Ia mengatakan, ada tiga negara yang berbatasan langsung dengan Indonesia, yakni Malaysia, Papua Niugini, dan Timor Leste.

Dari tiga negara itu, Perbatasan Indonesia-Malaysia menyedot banyak perhatian karena peredaran barang-barang Malaysia terus meningkat dan bahkan sebagian besar lewat penyelundupan.

Perdagangan di kawasan perbatasan RI-Malaysia menjadi persoalan pelik karena produk negara tetangga justru menjadi raja, sementara produk dalam negeri tak banyak hadir.

"Jika tak ditangani serius, pasar dalam negeri akan terus tergerogoti. Pasalnya, peredaran barang tidak sebatas di perbatasan, tetapi juga meluas ke wilayah perkotaan, sehingga pedagang sangat diuntungkan sementara daerah akan dirugikan dari aspek pajak dan pendapatan lainnya " katanya.