Asumsi Makro Ekonomi Indonesia Membaik

id ekonomi

Asumsi Makro Ekonomi Indonesia Membaik

Dr James Adam

Asumsi indikator makro ekonomi Indonesia mendatang berdasarkan patokan nilai tukar dolar, tingkat inflasi, harga minyak, lifting minyak, tingkat pertumbuhan ekonomi diperkirakan membaik.
Kupang (Antara NTT) - Pengamat ekonomi Nusa Tenggara Timur Dr James Adam menyatakan optimistis dengan asumsi indikator makro ekonomi Indonesia mendatang berdasarkan patokan nilai tukar dolar, tingkat inflasi, harga minyak, lifting minyak, tingkat pertumbuhan ekonomi diperkirakan membaik.

"Membaiknya indikator makro ekonomi Indonesia mendatang tidak hanya berdasarkan patokan nilai tukar dolar, tingkat inflasi, harga minyak, lifting minyak secara nasional dan global, tetapi lebih dari itu adanya pengembangan ekonomi lokal mendukung kinerja pertumbuhan ekonomi nasional," katanya di Kupang, Kamis.

Anggota IFAD (International Fund for Agricultural Development) ini mengatakan hal tersebut menanggapi pidato Nota RAPBN Presiden Joko Widodo pada 16 Agustus 2017 dan bagaimana arah kebijakan pemerataan pembangunan agar perekonomian nasional berkembang baik terutama di daerah 3T.

Secara umum katanya jika merujuk pada indeks rasio gini Indonesia, yang mengukur tingkat kesenjangan ekonomi, terus membaik dan mencapai 0,393 di bulan Maret 2017, turun dibandingkan dengan angka bulan September 2014 yaitu 0,414.

Angka inflasi nasional juga terkendali di tingkat 2,6 persen dari Januari hingga Juli 2017. Bahkan di Mei 2017, yaitu menjelang bulan puasa, tercatat inflasi kita hanya sebesar 0,39 persen.

Hal ini ditambah lagi dengan pertumbuhan ekonomi yang terus dijaga agar berkualitas dan berkeadilan dan berada pada rata-rata 5 persen pertahun pada periode 2014-2016, bukan hanya dinikmati oleh segelintir orang tapi bisa dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia.

Menurut dia, apabila hal-hal ini terjadi, maka yakinlah pembangunan yang kita jalankan bersama bukan hanya untuk yang tinggal di kota-kota tapi untuk seluruh anak bangsa, baik yang tinggal dipedesaan, daerah-daerah pinggiran, pulau-pulau terdepan, (daerah 3T) maupun kawasan perbatasan.

Pada titik inilah (pemerataan ekonomi) maka rakyat di perbatasan menjadi bangga menjadi bagian dari Warga Negara Republik Indonesia.

"Kita ingin rakyat-rakyat di perbatasan merasakan kehadiran Negara melalui pembangunan Pos Lintas Batas Negara (PLBN) di Motaain dan Motamasin Perbatasan Indonesia di NTT dengan Timor Leste," demikian sebagian baik dalam Pidato Kenegaraan Presiden Joko Widodo.

Sebab menurut Presiden demikian James Adam, PLBN adalah beranda terdepan Indonesia yang kita harapkan memunculkan sentra-sentra pertumbuhan ekonomi baru sehingga pembangunan menjadi lebih merata di seluruh pelosok negeri.

Dalam konteks ini kata James, semua pihak harus sependapat bahwa pengembangan ekonomi daerah juga penting karena perputaran kegiatan ekonomi daerah akan memerlukan tambahan tenaga kerja dan sekaligus memperluas kesempatan kerja.

Ia menambahkan ekonomi lokal yang bergerak dan terus tumbuh juga akan menciptakan nilai tambah dan pendapatan terutama bagi masyarakat miskin sehingga kesenjangan pendapatan dapat dipersempit.

Dalam kaitannya dengan angka kemiskinan, terjadi penurunan tingkat secara nasional dari 28,59 juta orang pada Maret tahun 2015 menjadi 27,77 juta orang pada Maret tahun 2017.

Pada tingkat daerah Nusa Tenggara Timur misalnya, penurunan angka kemiskinan diakui melambat, antara lain karena inflasi pada sektor kelompok bahan makanan masih tinggi.

Selain inflasi kelompok bahan makanan, melambatnya penurunan angka kemiskinan dikarenakan pula sejumlah faktor, seperti, bertambahnya jumlah penduduk yang berdampak pada tingkat pengangguran terbuka hingga 2017 sebesar 3,21 persen.

Kemudian rendahnya penerima beras sejahtera pada Januari 2017 sebesar 2,01 persen serta Februari 2017 hanya mencapai 0,30 persen, dibanding Januari dan Februari 2016 masing-masing 5,36 persen dan 3,22 persen.

Meskipun demikian, katanya angka kemisikinan di provinsi dengan jumlah penduduk lebih dari 5 juta orang itu terus terkoreksi menurun dari waktu ke waktu seperti hingga Maret 2016 sebesar 22,19 persen, menurun pada September 2016 22,01 persen, dan Maret 2017 21,85 persen.