Kekeringan Landa Sabu Raijua

id kering

Kekeringan Landa Sabu Raijua

Nicodemus Rihi Heke

Kekeringan hebat dilaporkan melanda hampir seluruh Kabupaten Sabu Raijua, NTT sejak Mei 2017 yang mengakibatkan salah satu pulau terdepan Indonesia itu ditetapkan sebagai Darurat Kekeringan.
Kupang (Antara NTT) - Kekeringan hebat dilaporkan melanda hampir seluruh Kabupaten Sabu Raijua, Nusa Tenggara Timur sejak Mei 2017 yang mengakibatkan salah satu pulau terdepan Indonesia itu ditetapkan sebagai Darurat Kekeringan.

Pelaksana Tugas Bupati Sabu Raijua Nicodemus Rihi Heke yang dikonfirmasi Antara melalui telepon genggam dari Kupang, Senin, mengakui hal tersebut, dan mengatakan pemerintahannya telah menetapkan daerah itu Darurat Kekeringan.

"Kekeringan di Sabu Raijua memang bukan hal yang baru, tetapi pemerintah harus melaporkan kepada gubernur sehingga jika terjadi keadaan luar biasa, pemerintah provinsi sudah mengetahui kondisi di Sabu dan bisa dilakukan antisipasi bersama," katanya.

Dia mengatakan, saat ini semua desa di wilayah itu mengalami kesulitan air bersih karena semua sumber mata air mulai mengering akibat kemarau panjang.

Kepala Pelaksana BPBD Sabu Raijua Pither Mara Rohi yang dikonfirmasi Antara melalui telepon genggam dari Kupang, secara terpisah mengakui adanya darurat kekeringan di wilayah itu selama sekitar tiga bulan terakhir.

Menurut dia, selama beberapa bulan terakhir ini, rakyat daerah itu mengalami kesulitan air bersih karena sumber-sumber mata air mengering, begitu pun dengan embung-embung yang dibangun pemerintah untuk menampung air.

"Saya sudah mengelilingi hampir seluruh wilayah Sabu. Semua desa mengeluh kesulitan air bersih. Kekeringan tampak di mana-mana," katanya.

Bahkan ada kepala desa yang mengaku bahwa rakyatnya tidak bisa membasuh muka apalagi mandi karena ketiadaan air.

Dia mengatakan, sejak Juni 2017, pemerintah telah mengambil langkah penanganan melalui tanggap darurat dengan melakukan pendropingan air hanya untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi warga dengan menggunakan mobil tanki.

Pither Mara Rohi mengatakan tanggap darurat ini diperkirakan akan berlangsung hingga bulan Desember atau musim hujan mendatang.

Dia mengatakan dalam operasi tanggap darurat, pihaknya mengalami kesulitan karena desa-desa tidak memiliki tempat penampungan air bersih.

"Kita mengirim mobil tanki, tetapi karena warga desa tidak memiliki tempat penampungan sehingga bantuan air bersih tidak bisa disalurkan secara cepat," katanya menambahkan.

Karena itu, dia berharap, pemerintah pusat dapat membantu pembangunan bak-bak penampung air di desa-desa sebagai wadah untuk menampung air bantuan dari pemerintah.

Bangun embung
Nicodemus Rihi Heke mengatakan, salah satu solusi jangka panjang untuk mengatasi kekeringan di daerah itu adalah membangun embung-embung kecil maupun besar.

"Solusi jangka panjang dalam mengatasi kekeringan di Sabu adalah membangun embung-embung kecil dan besar sebagai wadah menampung air pada musim hujan," katanya.

Ia mengatakan setiap tahun Kabupaten Sabu Raijua selalu dilanda kekeringan dan berdampak pada kesulitan air bersih bagi warga, selain untuk pertanian dan peternakan.

Sejak memisahkan diri dari Kabupaten Kupang, sekitar tujuh tahun silam, rakyat daerah itu selalu menjerit kesulitan air besih karena curah hujan setiap tahun hanya berlangsung 2-3 bulan.

Ia menambahkan, solusi lain yang sedang dikampanyekan oleh pemerintah adalah meminta masyarakat untuk menanam tanaman umur panjang, sehingga bisa menahan air hujan yang hanya berlangsung dua sampai tiga bulan setiap tahun di wilayah itu.

Dalam hubungan dengan pembangunan embung-embung, dia mengatakan, pemerintah daerah sudah meminta desa-desa memanfaatkan dana desa untuk membangun embung-embung kecil di desa masing-masing.

"Kami juga harapkan pemerintah pusat dan provinsi bisa membantu membangun embung dalam skala besar, sehingga bisa menampung air dalam jumlah yang banyak untuk bisa dimanfaatkan sepanjang tahun," katanya.

Wakil Bupati Sabu Raijua itu mengatakan, tahun ini pemerintah pusat melalui APBN sedang membangun dua embung besar di daerah itu dan diharapkan pada 2018 mendatang sudah bisa berfungsi menampung air hujan.

Artinya, kata dia, pemerintah fokus membangun embung-embung dalam jumlah banyak sehingga air hujan tidak mengalir ke laut, tetapi bisa ditampung untuk memenuhi kebutuhan air baku, pertanian dan peternakan.