AIP-Rural Nilai Babi Jadi Komoditas Unggulan

id babi

AIP-Rural Nilai Babi Jadi Komoditas Unggulan

Ternak babi dinilai sebagai komoditas unggulan di NTT

Australia Indonesia Partnerhip for Rural Economic Development (AIP-Rural)menilai babi sebagai komoditas unggulan yang dapat dikembangkan di NTT, selain sapi.
Kupang (Antara NTT) - Australia Indonesia Partnerhip for Rural Economic Development (AIP-Rural), sebuah program kemitraan antara pemerintah Indonesia dan Australia menilai babi sebagai komoditas unggulan yang dapat dikembangkan di NTT, selain sapi.

"Semenjak kami masuk di NTT pada 2014, melalui program Prisma, kami mencaritahu komoditas unggulan mana yang dapat membantu meningkatkan kehidupan masyarakat kecil, dan salah satunya adalah babi," kata Konsultan Bisnis Senior AIP Prisma Ferdi Rondong di Kupang, Selasa.

AIP-Rural (Rural = kawasan pedesaan) adalah sebuah program induk peningkatan ekonomi petani kecil untuk mengakses pasar baru, input yang lebih baik, keterampilan dan teknologi serta irigasi dan kredit.

Sementara itu Prisma sendiri adalah salah satu program di dalam AIP-Rural yang bergerak menstimulus solusi-solusi inovatif untuk petani dan usaha di kawasan Indonesia Timur, mulai dari NTT, NTB, Papua, Papua Barat serta satu provinsi di pulau Jawa yakni Jawa Timur.

Ferdi mengatakan bahwa hampir seluruh masyarakat NTT di wilayah pedesaan sudah pasti beternak babi, oleh karena itu semenjak memasuki wilayah NTT pada 2014 lalu, hingga saat ini perkembangan budidaya babi yang dilakukan oleh para petani semakin meningkat.

"Hingga saat ini sudah ada 31 ribu peternak di NTT yang sudah menjadi peternak babi, dan dari jumlah tersebut 22 ribu peternak mengaku bahwa mengalami kenaikan pendapatan itu bersih," tuturnya.

Hal ini karena beberapa prngusaha yang diajak oleh AIP Prisma sendiri telah datang ke NTT untuk membeli babi-babi yang di hasilkan melalui cara pengolahan pakan ternak yang baik yang diajarkan oleh AIR-Rural.

Selain Babi, Sapi juga menjadi salah satu ternak unggulan yang selalu disiapkan oleh pemerintah untuk mengirimkannya ke daerah lainnya di luar NTT.

Sementara Manager AIP-Rural Provinsi NTT Patrisius Usfomeny mengatakan, program Prisma yang dilakukan oleh AIP-Rural itu dilaksanakan dalam rangka mendukung program pemerintah daerah.

"Dalam menjalankan sejumlah program kami, kami selalu melihat apa yang menjadi program utama pemerintah NTT, atau provinsi lainnya. Artinya bahwa keberadaan kami juga yang berada di bawah naungan Bepennas berusaha berusaha untuk mensejaterahkan masyarakat khususnya para petani," tambahnya.

Lebih lanjut mantan wartawan salah satu koran lokal di NTT itu mengatakan ada empat program yang sudah dijalankan semenjak masuknya program tersebut ke lima provinsi di Indonesia.

Keempat program tersebut adalah "Prisma" yang bergerak di bidang pengembangan komoditas-komoditas unggulan, mulai dari ternak, sampai pada komoditas perkebunan.

Kemudian ada juga program yang disebut dengan "Tirta" yang bergerak di bidang pengairan sawah serta irigasi.

Program ketiga adalah "Arisa", dimana program ini bergerak di bidang penelitian hasil pertanian dengan melibatkan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi dan lembaga penelitian ilmu Australia yang bertujuan untuk menyebarluaskan hasil penelitian terapan yang dapat diadaptasikan untuk menjawab kebutuhan petani lokal.

Program yang terakhir adalah "Safira". Program ini bertujuan memperkuat akses petani kecil ke layanan keuangan yang diperlukan, seperti modal kerja dan modal investasi bagi para petani yang sudah berhasil menerapkan program yang sudah diajarkan oleh AIP-Rural.