Golkar Hormati Keputusan Ibrahim Medah Masuk Hanura

id Golkar

Golkar Hormati Keputusan Ibrahim Medah Masuk Hanura

Ketua DPD Partai Golkar NTT Ibrahim Agustinus Medah memilih "lompat pagar" ke Partai Hanura, karena menilai mekanisme penetapan bakal calon Gubernur NTT 2018 di luar mekanisme dan peraturan organisasi Partai Golkar.

"Kami menghormati keputusan pak Medah, namun tidak sependapat jika alasan tersebut dikaitan dengan pencalonan Gubernur NTT, karena Golkar sendiri masih menunggu hasil survei," kata Mohammad Ansor.
Kupang (Antara NTT) - Partai Golkar menghormati keputusan Ketua DPD Partai Golkar Nusa Tenggara Timur Ibrahim Agustinus Medah "lompat pagar" ke Partai Hanura, namun tidak sependapat jika alasan tersebut karena partai tidak mencalonkannya jadi Gubernur NTT.

"Kami menghormati keputusan pak Medah, namun tidak sependapat jika alasan tersebut dikaitan dengan pencalonan Gubernur NTT, karena Golkar sendiri masih menunggu hasil survei," kata Ketua Harian DPD Partai Golkar NTT Mohammad Ansor kepada Antara di Kupang, Selasa.

Dia mengemukakan hal itu terkait dinamika di tubuh Partai Golkar menjelang Pilgub NTT dan mundurnya Ketua DPD I Partai Golkar NTT Ibrahim Agustinus Medah dan berlabuh di Partai Hanura, besutan Jenderal Purn Wiranto.

Medah memilih "lompat pagar" ke Partai Hanura karena menilai kebijakan partai berlambang Pohon Beringin itu tidak melihat mekanisme pencalonan Gubernur NTT sedang berproses di tubuh partai.

"Sejak Kamis (24/8) saya sudah nyatakan mundur dari Partai Golkar dan hari ini (Jumat, 25/8) saya nyatakan menjadi anggota Partai Hanura," kata Medah.

Medah menilai keputusan DPP Partai Golkar yang menetapkan kader partai atas nama Melki Laka Lena sebagai bakal calon Gubernur NTT periode 2018-2023 berada di luar mekanisme dan peraturan organisasi Partai Golkar.

Padahal, kata Medah, pemberian diskresi DPP Partai Golkar kepadanya untuk memimpin DPD Partai Golkar NTT hingga tiga kali berturut-turut, karena Golkar mempersiapkan dirinya menjadi calon gubernur NTT pada Pilkada 2018.

Bahkan diskresi yang diberikan itu diikuti dengan penandatanganan pernyataan yang dilakukannya dan diketahui pula oleh DPP Partai Golkar.

"Isi pernyataan antara lain menyatakan saya akan meletakan jabatan jika kalah dalam Pilgub. Nah sekarang DPP sudah putuskan calon lain maka saya memilih meletakan jabatan dan hengkang dari Golkar," katanya menegaskan.

Dia mengatakan cara dan mekanisme yang diterapkan DPP Partai Golkar itu sudah melampaui mekanisme dan aturan yang ada.

"Saya orang yang paling taat aturan dan memegang teguh mekanisme dan proses. Sehingga kalau ada yang melangkahi maka saya lawan," kata mantan Ketua DPRD NTT itu.

Muhammad Ansor mengatakan, keputusan final mengenai calon gubernur dari Partai Golkar baru akan diputusan setelah hasil survei yang akan disampaikan ke DPP Partai Golkar dua pekan mendatang.

"Tetapi itulah hak Medah. Kita harus menghormati keputusan itu," kata anggota DPRD NTT dari Partai Golkar ini.

Dia juga mengatakan, keluarnya Ibrahim Medah tidak akan berdampak pada pemilihan gubernur dan wakil gubernur karena setiap kader partai selalu tunduk pada keputusan organisasi.

"Jadi apapun keputusan DPP Partai Golkar tentang penetapan calon gubernur atau wakil gubernur yang diusung dalam Pilgub 2018, semua kader pasti akan patuh," katanya menambahkan.