Lima Sumur Bor Atasi Kekeringan di Perbatasan

id kekeringan

Lima Sumur Bor Atasi Kekeringan di Perbatasan

Bupati Belu Willybrodus Lay

"Untuk jangka panjang, kami akan bangun lagi lima sumur bor setelah sebelumnya ada lima, dan ini dalam rangka mengantisipasi kemarau serta kekeringan di tahun yang akan datang," kata Willybrodus Lay.
Kupang (Antara NTT) - Pemerintah Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur yang berbatasan langsung dengan negara Timor Leste akan membangun lagi lima sumur bor di sejumlah daerah yang rawan kekeringan saat musim kemarau tiba.

"Untuk jangka panjang, kami akan bangun lagi lima sumur bor setelah sebelumnya ada lima, dan ini dalam rangka mengantisipasi kemarau serta kekeringan di tahun yang akan datang," kata Bupati Belu Willybrodus Lay saat dihubungi Antara dari Kupang, Senin.

Ia mengatakan untuk kembali membangun lima sumur bor, anggaran yang akan dikeluarkan dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) namun besarannya masih belum diketahui karena masih dalam perencanaan.

Sebelumnya, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Nusa Tenggara Timur merilis terdapat sembilan dari 22 kabupaten/kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur dilaporkan mengalami darurat kekeringan, menyusul sumber-sumber mata air mulai mengering, akibat kemarau panjang.

Satu dari sembilan kabupaten yang masuk dalam daftar darurat kekeringan itu, adalah Kabupeten Belu, sedangkan lainnya Flores Timur, Rote Ndao, Timor Tengah Utara, Malaka, Sumba Timur, Sumba Tengah, Sumba Barat Daya, dan Sabu Raijua.

Lebih lanjut Willy mengatakan untuk mengantisipasi musim kemarau saat ini pihaknya menyiapkan kurang lebih 10 mobil tangki, masing-masing ukuran 5.000 liter. Mereka beroperasi membagikan air bersih untuk setiap rumah di daerah-daerah yang krisis air bersih.

"Kalau untuk jangka pendek saat ini kita siapkan juga air bersih melalui mobil tangki dengan cara mengisinya ke sejumlah rumah yang memang sudah punya bak penampung sendiri," ujarnya.

Masyarakat di daerah itu, katanya, juga sudah mengantispasi krisis air bersih dengan membangun bak penampung air karena memang Kabupaten Belu rawan kekeringan saat musim kemarau.

Pada 2018, pihaknya juga akan membeli mesin untuk membuat sumur bor agar dapat menganalisa lokasi-lokasi yang mempunyai kawasan air bersih.

Sementara itu, masyarakat di Desa Lolowano, Kecamatan Tanah Righu, Sumba Barat, mengandalkan satu-satunya mata air yang jaraknya kurang lebih enam kilometer dari perumahan warga.

"Mau bagaimana lagi, musim kemarau kali ini membuat kami harus berjalan jauh menuju satu-satunya mata air di desa kami. Karena kalau tidak, kami tidak dapatkan air bersih," kata Daniel Umbu, warga desa tersebut.

Ia mengatakan bahwa kurang lebih 200 keluarga di Desa Lolowano hanya mengandalkan satu-satunya mata air di daerah itu, untuk kebutuhan makan dan minum, akibat darurat kekeringan yang melanda daerah tersebut.

Untuk menuju mata air yang tak pernah kering tersebut, masyarakat harus berjalan kaki kurang lebih enam kilometer agar mendapatkan air bersih.

Belum lagi jalan yang menanjak di daerah itu, membuat mereka kesulitan untuk membawa air dengan jerigen ukuran 5-10 liter.