Edukasi HIV/AIDS Dilakukan Tanpa Henti

id AIDS

Edukasi HIV/AIDS Dilakukan Tanpa Henti

Liliana Amalo

"Edukasi dan penyadaran kepada masyarakat menjadi jalan terbaik untuk menyelamatkan generasi kita dari HIV/AIDS," kata Liliane Amalo...
Kupang (Antara NTT) - Ketua Yayasan Tanpa Batas (YTB) Kupang Liliane Amalo mengatakan, edukasi tentang HIV/AIDS untuk masyarakat harus dilakukan tanpa henti karena penularan penyakit di daerah setempat meningkat.

"Edukasi dan penyadaran kepada masyarakat menjadi jalan terbaik untuk menyelamatkan generasi kita dari HIV/AIDS," katanya saat dihubungi Antara di Kupang, Kamis.

Liliane yang sudah 15 tahun memberikan edukasi dan pendampingan kepada penderita HIV/AIDS melalui YTB itu mengatakan, penularan penyakit mematikan seiring waktu semakin menghawatirkan dan sudah menelan banyak korban jiwa.

"Dulu bermula dari satu, dua kasus penderita HIV/AIDS namun kami yakin fenomena penyakit ini semacam gunung es yang tampak sedikit di perumkaan namun di baliknya menyebar secara luas," katanya mengibaratkan.

Sebelumnya, Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) NTT menyampaikan jumlah penderita HIV/AIDS di daerah setempat saat mencapai 4.539 kasus yang terperiksa.

Jumlah tersebut terus mengalami peningkatan semenjak tahun 2013 dengan penderita HIV/AIDS sebanyak 2.445 orang yang terdiri dari HIV 1.053 orang dan AIDS 1.392 orang. Sebanyak 493 orang di antaranya meninggal dunia.

"Jumlah tersebut dari masyarakat yang melakukan pemeriksaan di tempat layanan sementara kita tidak tahu jumlah yang belum melakukan pemeriksaan," kata Sekretaris KPAD NTT Husein Pancratius di Kupang.

Liliane menambahkan, sejak YTB berdiri pada 2001, pihaknya tetap fokus memberikan edukasi dan pendampingan bagi penderita HIV/AIDS hingga ke daerah pelosok.

Kerja edukasi, katanya, semakin intens dilakukan semenjak pihaknya mendapati sebuah kasus penderita HIV/AIDS di Kabupaten Flores Timur karena dari satu kasus tersebut pihaknya meyakini masih banyak penularannya di masyarakat.

"Awalnya satu kasus, seiring waktu, terus bertambah, menjadi puluhan, ratusan, bahkan sekarang sudah ribuan kasus penderita HIV/AIDS di daerah kita," katanya.

Dalam konteks penularan yang cepat dan masif itulah Liliane mengatakan terus berkomitmen untuk memberikan edukasi dan penyadaran harus terus menerus dilakukan tanpa henti kepada semua lapisan masyarakat.

"HIV/AIDS tidak boleh lagi "dipandang sebelah mata". Penyakit ini tidak hanya mengancam satu nyawah namun peradaban kita," katanya.

Dia mengakui, saat ini pemerintah sudah menyediakan layanan pemeriksaan melalui Voluntary Counselling and Test (VCT) di beberapa daerah seperti Kabupaten Belu, Ende, Flores Timur, Manggarai, Sikka, Sumba Timur, TTS dan Kota Kupang.

Layanan tersebut juga sudah dilakukan YTB sebelumnya melalui Klinik Venesia yang disiapkan bagi siapa saja yang datang untuk melakukan pemeriksaan HIV/AIDS.

Namun, lanjut dia, keberadaan VCT-VCT perlu dimaksimalkan dengan mengajak masyarakat untuk mau melakukan pemeriksaan sehingga ada upaya pencegahan dini.

"Persoalan kita ialah HIV/AIDS masih dianggap tabuh oleh masyarakat dan masyarakat masih enggan untuk memeriksakan kondisinya," katanya pula.

Liliane mengatakan, langkah penanggulangan penyakit HIV/AIDS harus berorintasi pada pencegahan melalui edukasi dan penyadaran kepada masayrakat.

Untuk itu, dia pun berharap agar pemerintah setempat bisa mendukung dengan kebijakan anggaran untuk meningkatkan kerja edukasi tersebut.

"Ini merupakan pekerjaan kemanusiaan yang harus melibatkan semua pihak baik pemerintah, swsata, LSM, dan juga masyarakat sendiri," demikian Liliane Amalo.