Jakarta (ANTARA) - Dunia sepak bola Jerman mungkin tak akan pernah melupakan Indonesia dan Solo, mulai Sabtu malam 2 Desember kemarin.
Di negara dan kota itu, raksasa sepak bola dunia tersebut menyempurnakan dominasi sepak bolanya dalam semua level, baik Piala Dunia level senior, Piala Dunia U-20 maupun Piala Dunia U-17.
Mereka sudah empat kali menjuarai Piala Dunia senior, ditambah empat kali runner up. Jerman juga sudah 13 kali mencapai semifinal turnamen senior FIFA itu, atau terbanyak dibandingkan dengan tim sepak bola mana pun di dunia ini.
Namun demikian, Jerman tak pernah sukses sesering itu di tingkat junior, baik U-20 maupun U-17.
Terakhir kali mereka menjuarai turnamen junior FIFA adalah Piala Dunia U-20 1981 di Australia. Waktu itu masih atas nama Jerman Barat karena negara itu terbagi dua, antara Timur dan Barat.
Pada tingkat U-20 itu Jerman hanya dua kali mencapai final dan sekaligus semifinal, yakni edisi 1981 itu. Lainnya adalah Piala Dunia U-20 1987 di Chile ketika menjadi runner up di bawah Yugoslavia yang kemudian pecah menjadi beberapa negara.
Artinya, sudah 32 tahun mereka tak pernah menjuarai turnamen level junior. Jerman "pecah telor" ketika timnas U-17 mereka menjuarai Piala Dunia U-17 di Indonesia pada 2023.
Sukses dalam Piala Dunia U-17 2023 yang untuk pertama kalinya menjadi turnamen FIFA digelar di Indonesia, bagi Jerman adalah yang pertama dalam level U-17, dan yang kedua pada level junior.
Dalam Piala Dunia U-17, Jerman sudah lima kali mencapai babak empat besar dan dua kali mencapai final.
Di Indonesia pada 2023 menjadi final kedua Jerman setelah Piala Dunia U-17 1985 ketika mereka menyerah 0-2 kepada Nigeria, juga masih atas nama Jerman Barat.
Jadi, sejak Jerman Barat dan Jerman Timur menyatu kembali atau reunifikasi sebagai Jerman bersatu pada 1991, hanya Piala Dunia tingkat senior yang pernah mereka juarai, yakni pada 2014 di Brasil.
Jerman bersatu tak pernah menjuarai baik Piala Dunia U-20 maupun Piala Dunia U-17, sampai Noah Darvich dkk melakukan terobosan pada 2 Desember 2023 ketika menjuarai Piala Dunia U-17 2023 setelah dalam final mengalahkan Prancis 4-3 lewat adu penalti usai seri 2-2 selama 90 menit di Stadion Manahan, Solo, Indonesia.
Sukses di Indonesia 2023 membuat Jerman menyamai Brasil, Prancis, dan Inggris sebagai negara yang menjuarai semua level turnamen FIFA, baik U-17, U-20, maupun Piala Dunia.
Oasis
Sukses tim muda mereka di Indonesia pada Sabtu (2/12) malam kemarin itu adalah oasis yang memuaskan dahaga gelar selama sembilan tahun tim sepak bola Jerman yang tak pernah mengangkat lagi trofi turnamen global sejak Piala Dunia 2014.
Keberhasilan Paris Brunner dkk bisa menyemangati tim senior Jerman yang tengah memburu gelar pada Piala Eropa tahun depan, yang sudah 17 tahun tak lagi mereka raih sejak mengandaskan Inggris dalam final Euro 1996.
Tak heran, 22 remaja Jerman yang diliputi euforia karena telah menggondol trofi Piala Dunia U-17, membuat selebrasi menyapa dan menghormati penonton di Stadion Manahan.
Menghormati penonton setelah pertandingan karena sudah menyandang predikat juara, memang sudah menjadi kebiasaan para juara dunia.
Namun, selebrasi Sabtu malam kemarin itu juga merupakan bentuk terima kasih Jerman kepada Indonesia, karena di negeri inilah mereka menyempurnakan pencapaiannya dalam sepak bola dunia.
Bahkan, beberapa pemain Jerman melemparkan sesuatu kepada penonton, yang terdiri dari para santri, sebagai sebentuk suvenir untuk dikenang para penonton Indonesia.
Jelas itu ungkap bahagia telah menjuarai turnamen FIFA, tapi bisa jadi sebagai juga unjuk terima kasih kepada penonton Indonesia yang telah menjadi tempat mereka membuat sejarah yang sudah lama mereka mimpikan.
Jerman pantas mengenang Indonesia, dan mungkin akan terus melakukan demikian, terlebih hal-hal positif yang diberikan Indonesia selama menyelenggarakan turnamen FIFA pertama yang digelar di Bumi Nusantara ini.
Raut puas dan senang juga terlihat pada wajah Presiden FIFA Gianni Infantino yang malam itu didampingi Ketua Umum PSSI Erick Tochir.
Infantino mungkin puas terhadap penyelenggaraan turnamen FIFA perdana di Indonesia, yang memang berjalan bagus, baik di dalam maupun di luar lapangan.
"FIFA sangat positif. Kita disebut sebagai salah satu penyelenggara turnamen yang terbaik," kata Erick Thohir saat diwawancarai sebuah stasiun televisi nasional setelah seremoni penyerahan trofi Piala Dunia U-17.
Bukan hanya FIFA yang dipuaskan oleh turnamen ini, penonton dan masyarakat sepak bola Indonesia pun demikian, mereka bahkan bangga.
Inilah untuk pertama kali masyarakat Indonesia, baik yang menyaksikan langsung turnamen ini dari dalam stadion maupun mereka yang menyaksikannya dari televisi dan live streaming, menjadi saksi penganugerahan trofi dan medali FIFA yang sebelum ini hanya bisa disaksikan di negeri-negeri asing nan jauh dari Indonesia.
Awal langkah besar
Walau ini turnamen tingkat junior, tetap membanggakan dan agung, sehingga merupakan pengalaman tak terlupakan bisa menjadi saksi langsung sebuah turnamen sepak bola FIFA yang diadakan di negeri sendiri.
Jarang sekali masyarakat Indonesia bisa menikmati langsung sebuah turnamen global yang diikuti wakil-wakil dari seluruh dunia, dari empat benua, serta Pasifik Selatan, selama hampir sebulan penuh.
Masyarakat Indonesia juga dapat menikmati kesyahduan yang sering tersaji dalam turnamen-turnamen sepak bola dunia.
Di antara hal syahdu itu adalah seremoni sebelum laga dengan mendengarkan lagu-lagu kebangsaan terkenal seperti "Das Deutschlandlied", "La Marseillaise", "God Save the King", atau "Hino Nacional Brasileiro" seperti sering terdengar menjelang laga-laga besar FIFA.
Itu pengalaman menarik dan mungkin sekali seumur hidup, bisa menikmati langsung agungnya sebuah turnamen FIFA.
Di dalam lapangan, turnamen ini tergolong produktif dan menyajikan pertandingan-pertandingan yang rata-rata enak ditonton.
Selama hampir sebulan, turnamen ini menghasilkan 175 gol, yang delapan di antaranya dicetak oleh pemain depan Argentina, Agustin Ruberto.
Pemain River Plate itu pun dianugerahi trofi Golden Booth atau Sepatu Emas, sedangkan pemain depan Jerman yang sehari-hari bermain untuk Borussia Dortmund, Paris Brunner, mendapatkan Golden Ball atau Bola Emas, sebagai pemain terbaik Piala Dunia U-17 2023.
Penjaga gawang Paul Argney dianugerahi Golden Glove karena telah membuat Prancis menjadi tim yang kebobolan paling sedikit selama turnamen yang berlangsung dari 10 November sampai 2 Desember itu.
Semua pencapaian dan statistik ini, serta apa-apa yang sudah dilakukan Indonesia di luar dan di dalam stadion, termasuk tiket pertandingan yang terjual melewati target dan akomodasi paripurna kepada pemain dan ofisial, pasti mendatangkan rasa puas, termasuk dari badan sepak bola dunia, FIFA.
"Bahkan FIFA menawarkan event-event lain (kepada Indonesia). Tapi saya masih belum tahu event apa," kata Erick Thohir, dalam wawancara dengan stasiun televisi nasional itu.
Baca juga: Artikel - Menakar peluang Indonesia lolos ke 16 besar Piala Dunia U-17
Erick tak mungkin melebih-lebihkan, apalagi sejak sebelum turnamen dianugerahkan kepada Indonesia setelah FIFA mencopot Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20, dia terus berkomunikasi dengan Infantino.
Baca juga: Artikel - Ujian Liverpool di markas Brighton & Hove Albion
Pernyataan Erick itu sendiri kian menegaskan bahwa sukses Piala Dunia U-17 hanyalah awal untuk langkah besar sepak bola Indonesia berikutnya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Indonesia dalam kenangan sepak bola global
Di negara dan kota itu, raksasa sepak bola dunia tersebut menyempurnakan dominasi sepak bolanya dalam semua level, baik Piala Dunia level senior, Piala Dunia U-20 maupun Piala Dunia U-17.
Mereka sudah empat kali menjuarai Piala Dunia senior, ditambah empat kali runner up. Jerman juga sudah 13 kali mencapai semifinal turnamen senior FIFA itu, atau terbanyak dibandingkan dengan tim sepak bola mana pun di dunia ini.
Namun demikian, Jerman tak pernah sukses sesering itu di tingkat junior, baik U-20 maupun U-17.
Terakhir kali mereka menjuarai turnamen junior FIFA adalah Piala Dunia U-20 1981 di Australia. Waktu itu masih atas nama Jerman Barat karena negara itu terbagi dua, antara Timur dan Barat.
Pada tingkat U-20 itu Jerman hanya dua kali mencapai final dan sekaligus semifinal, yakni edisi 1981 itu. Lainnya adalah Piala Dunia U-20 1987 di Chile ketika menjadi runner up di bawah Yugoslavia yang kemudian pecah menjadi beberapa negara.
Artinya, sudah 32 tahun mereka tak pernah menjuarai turnamen level junior. Jerman "pecah telor" ketika timnas U-17 mereka menjuarai Piala Dunia U-17 di Indonesia pada 2023.
Sukses dalam Piala Dunia U-17 2023 yang untuk pertama kalinya menjadi turnamen FIFA digelar di Indonesia, bagi Jerman adalah yang pertama dalam level U-17, dan yang kedua pada level junior.
Dalam Piala Dunia U-17, Jerman sudah lima kali mencapai babak empat besar dan dua kali mencapai final.
Di Indonesia pada 2023 menjadi final kedua Jerman setelah Piala Dunia U-17 1985 ketika mereka menyerah 0-2 kepada Nigeria, juga masih atas nama Jerman Barat.
Jadi, sejak Jerman Barat dan Jerman Timur menyatu kembali atau reunifikasi sebagai Jerman bersatu pada 1991, hanya Piala Dunia tingkat senior yang pernah mereka juarai, yakni pada 2014 di Brasil.
Jerman bersatu tak pernah menjuarai baik Piala Dunia U-20 maupun Piala Dunia U-17, sampai Noah Darvich dkk melakukan terobosan pada 2 Desember 2023 ketika menjuarai Piala Dunia U-17 2023 setelah dalam final mengalahkan Prancis 4-3 lewat adu penalti usai seri 2-2 selama 90 menit di Stadion Manahan, Solo, Indonesia.
Sukses di Indonesia 2023 membuat Jerman menyamai Brasil, Prancis, dan Inggris sebagai negara yang menjuarai semua level turnamen FIFA, baik U-17, U-20, maupun Piala Dunia.
Oasis
Sukses tim muda mereka di Indonesia pada Sabtu (2/12) malam kemarin itu adalah oasis yang memuaskan dahaga gelar selama sembilan tahun tim sepak bola Jerman yang tak pernah mengangkat lagi trofi turnamen global sejak Piala Dunia 2014.
Keberhasilan Paris Brunner dkk bisa menyemangati tim senior Jerman yang tengah memburu gelar pada Piala Eropa tahun depan, yang sudah 17 tahun tak lagi mereka raih sejak mengandaskan Inggris dalam final Euro 1996.
Tak heran, 22 remaja Jerman yang diliputi euforia karena telah menggondol trofi Piala Dunia U-17, membuat selebrasi menyapa dan menghormati penonton di Stadion Manahan.
Menghormati penonton setelah pertandingan karena sudah menyandang predikat juara, memang sudah menjadi kebiasaan para juara dunia.
Namun, selebrasi Sabtu malam kemarin itu juga merupakan bentuk terima kasih Jerman kepada Indonesia, karena di negeri inilah mereka menyempurnakan pencapaiannya dalam sepak bola dunia.
Bahkan, beberapa pemain Jerman melemparkan sesuatu kepada penonton, yang terdiri dari para santri, sebagai sebentuk suvenir untuk dikenang para penonton Indonesia.
Jelas itu ungkap bahagia telah menjuarai turnamen FIFA, tapi bisa jadi sebagai juga unjuk terima kasih kepada penonton Indonesia yang telah menjadi tempat mereka membuat sejarah yang sudah lama mereka mimpikan.
Jerman pantas mengenang Indonesia, dan mungkin akan terus melakukan demikian, terlebih hal-hal positif yang diberikan Indonesia selama menyelenggarakan turnamen FIFA pertama yang digelar di Bumi Nusantara ini.
Raut puas dan senang juga terlihat pada wajah Presiden FIFA Gianni Infantino yang malam itu didampingi Ketua Umum PSSI Erick Tochir.
Infantino mungkin puas terhadap penyelenggaraan turnamen FIFA perdana di Indonesia, yang memang berjalan bagus, baik di dalam maupun di luar lapangan.
"FIFA sangat positif. Kita disebut sebagai salah satu penyelenggara turnamen yang terbaik," kata Erick Thohir saat diwawancarai sebuah stasiun televisi nasional setelah seremoni penyerahan trofi Piala Dunia U-17.
Bukan hanya FIFA yang dipuaskan oleh turnamen ini, penonton dan masyarakat sepak bola Indonesia pun demikian, mereka bahkan bangga.
Inilah untuk pertama kali masyarakat Indonesia, baik yang menyaksikan langsung turnamen ini dari dalam stadion maupun mereka yang menyaksikannya dari televisi dan live streaming, menjadi saksi penganugerahan trofi dan medali FIFA yang sebelum ini hanya bisa disaksikan di negeri-negeri asing nan jauh dari Indonesia.
Awal langkah besar
Walau ini turnamen tingkat junior, tetap membanggakan dan agung, sehingga merupakan pengalaman tak terlupakan bisa menjadi saksi langsung sebuah turnamen sepak bola FIFA yang diadakan di negeri sendiri.
Jarang sekali masyarakat Indonesia bisa menikmati langsung sebuah turnamen global yang diikuti wakil-wakil dari seluruh dunia, dari empat benua, serta Pasifik Selatan, selama hampir sebulan penuh.
Masyarakat Indonesia juga dapat menikmati kesyahduan yang sering tersaji dalam turnamen-turnamen sepak bola dunia.
Di antara hal syahdu itu adalah seremoni sebelum laga dengan mendengarkan lagu-lagu kebangsaan terkenal seperti "Das Deutschlandlied", "La Marseillaise", "God Save the King", atau "Hino Nacional Brasileiro" seperti sering terdengar menjelang laga-laga besar FIFA.
Itu pengalaman menarik dan mungkin sekali seumur hidup, bisa menikmati langsung agungnya sebuah turnamen FIFA.
Di dalam lapangan, turnamen ini tergolong produktif dan menyajikan pertandingan-pertandingan yang rata-rata enak ditonton.
Selama hampir sebulan, turnamen ini menghasilkan 175 gol, yang delapan di antaranya dicetak oleh pemain depan Argentina, Agustin Ruberto.
Pemain River Plate itu pun dianugerahi trofi Golden Booth atau Sepatu Emas, sedangkan pemain depan Jerman yang sehari-hari bermain untuk Borussia Dortmund, Paris Brunner, mendapatkan Golden Ball atau Bola Emas, sebagai pemain terbaik Piala Dunia U-17 2023.
Penjaga gawang Paul Argney dianugerahi Golden Glove karena telah membuat Prancis menjadi tim yang kebobolan paling sedikit selama turnamen yang berlangsung dari 10 November sampai 2 Desember itu.
Semua pencapaian dan statistik ini, serta apa-apa yang sudah dilakukan Indonesia di luar dan di dalam stadion, termasuk tiket pertandingan yang terjual melewati target dan akomodasi paripurna kepada pemain dan ofisial, pasti mendatangkan rasa puas, termasuk dari badan sepak bola dunia, FIFA.
"Bahkan FIFA menawarkan event-event lain (kepada Indonesia). Tapi saya masih belum tahu event apa," kata Erick Thohir, dalam wawancara dengan stasiun televisi nasional itu.
Baca juga: Artikel - Menakar peluang Indonesia lolos ke 16 besar Piala Dunia U-17
Erick tak mungkin melebih-lebihkan, apalagi sejak sebelum turnamen dianugerahkan kepada Indonesia setelah FIFA mencopot Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20, dia terus berkomunikasi dengan Infantino.
Baca juga: Artikel - Ujian Liverpool di markas Brighton & Hove Albion
Pernyataan Erick itu sendiri kian menegaskan bahwa sukses Piala Dunia U-17 hanyalah awal untuk langkah besar sepak bola Indonesia berikutnya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Indonesia dalam kenangan sepak bola global