Kupang (ANTARA) - Otoritas Jasa Keuangan OJK) memperkuat sinergi dengan perbankan dan pemerintah daerah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan di Nusa Tenggara Timur (NTT), khususnya di sektor produktif unggulan seperti pertanian, perikanan dan pariwisata.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae di Kupang, Senin, menilai NTT memiliki fondasi ekonomi yang kuat dan terus menunjukkan tren positif.
“Ini menjadi momentum bagi industri perbankan untuk lebih aktif menyalurkan pembiayaan ke sektor-sektor produktif yang berdaya saing,” katanya dalam pertemuan bersama Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT, Badan Musyawarah Perbankan Daerah (BMPD) NTT, dan Perhimpunan Bank Perekonomian Rakyat Indonesia (Perbarindo) NTT di Kantor OJK NTT.
Dia mengatakan hingga Agustus 2025 industri perbankan di NTT mencatatkan kinerja stabil dengan prospek pertumbuhan yang masih terbuka lebar.
Total aset perbankan tumbuh 4,04 persen, penyaluran kredit meningkat 1,52 persen, dan Dana Pihak Ketiga (DPK) naik 5,96 persen.
Di sisi lain, rasio kredit terhadap DPK (LDR) tercatat 120,37 persen, menunjukkan tingginya kebutuhan pembiayaan di sektor riil, sementara rasio kredit bermasalah (NPL) sebesar 4,10 persen masih dalam batas yang dapat dikelola.
Menurut OJK, ruang perbaikan dapat ditempuh melalui peningkatan kualitas pembiayaan dan manajemen risiko yang lebih kuat.
Pertumbuhan ekonomi NTT juga didukung oleh meningkatnya sektor pariwisata. Pada tahun 2024, wisatawan nusantara tumbuh 57,64 persen dan wisatawan mancanegara 53,78 persen.
Dengan 1.637 daya tarik wisata di 22 kabupaten/kota, potensi pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di sekitar destinasi wisata menjadi peluang besar bagi perbankan.
“Kemudian pada Triwulan II 2025, ekonomi NTT tumbuh 5,44 persen dan berada di peringkat ke-9 nasional. Pertumbuhan tersebut ditopang sektor pertanian mencapai 1,99 persen, perdagangan 1,62 persen, dan administrasi pemerintahan 0,71 persen.
Meski demikian, porsi kredit ke sektor pertanian masih rendah, hanya 4,66 persen, dengan pertumbuhan tahunan 1,05 persen hingga Agustus 2025.
Dia juga menyoroti dari sisi kesejahteraan masyarakat, seperti indikator ekonomi NTT juga membaik. Upah Minimum Provinsi (UMP) pada 2024 naik 2,96 persen menjadi Rp2.186.826, sedangkan Gini Rasio turun menjadi 0,315 per Maret 2025, lebih rendah dari rata-rata nasional 0,375.
Selain itu, potensi ekonomi kelautan juga terus berkembang. Dian menilai NTT merupakan penghasil rumput laut terbesar kedua di Indonesia setelah Sulawesi Selatan dengan kontribusi 15,20 persen terhadap produksi nasional.
“Sumber daya laut seperti garam, ikan kerapu, dan lobster memiliki nilai ekonomi tinggi yang dapat dikembangkan melalui dukungan pembiayaan perbankan,” jelas Dian.