London (ANTARA) - Inggris akan bekerja dengan Taliban jika mereka masuk dalam pemerintahan Afghanistan, kata Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace kepada Daily Telegraph dalam wawancara yang dimuat pada Selasa (13/7).
"Siapa pun pemerintahnya saat ini, sepanjang mengikuti norma-norma internasional, pemerintah Inggris akan terlibat dengan mereka," kata Wallace seperti dikutip surat kabar itu.
Namun, Wallace memperingatkan bahwa Inggris akan meninjau ulang hubungan dengan siapa pun "jika mereka berperilaku dengan cara yang sangat bertentangan dengan hak asasi manusia".
Kelompok Taliban yang pernah memerintah Afghanistan dengan tangan besi pada 1996-2001 telah bertempur selama 20 tahun untuk menjatuhkan pemerintah dukungan Barat di Kabul.
Didorong oleh penarikan pasukan asing yang berlangsung hingga September, kelompok pemberontak Muslim Sunni itu membuat tekanan baru dengan mengepung kota-kota dan merebut wilayah.
Dalam wawancaranya dengan Telegraph, Wallace menyadari bahwa rencana bekerja dengan Taliban akan menimbulkan kontroversi.
"Apa yang (Taliban) sangat inginkan adalah pengakuan internasional. Mereka butuh kekuatan finansial dan dukungan untuk membangun bangsa, dan Anda tak bisa melakukan itu dengan memakai balaclava teroris di kepala," katanya.
"Anda harus menjadi mitra perdamaian jika tidak ingin dikucilkan. Pengucilan akan mengembalikan mereka ke tempat sebelumnya," tambahnya.
Wallace meminta agar Taliban dan Presiden Afghanistan Ashraf Gani bekerja sama untuk menciptakan stabilitas bagi negara mereka yang dilanda konflik selama puluhan tahun.
Baca juga: Pasukan Afghanistan tangkis serangan Taliban
Pemimpin senior Afghanistan akan terbang ke Doha untuk berunding dengan Taliban pekan ini.
Baca juga: Presiden Biden akan bahas masalah Afghanistan saat Taliban kuasai wilayah
Kelompok pemberontak itu bersikap keras terhadap perundingan. Mereka bahkan memperingatkan Turki yang berencana mempertahankan pasukan mereka di Afghanistan untuk menjaga bandara utama Kabul.
Pemimpin Taliban pekan lalu mengatakan mereka telah menguasai 85 persen wilayah di Afghanistan. (Antara/Rtr)
"Siapa pun pemerintahnya saat ini, sepanjang mengikuti norma-norma internasional, pemerintah Inggris akan terlibat dengan mereka," kata Wallace seperti dikutip surat kabar itu.
Namun, Wallace memperingatkan bahwa Inggris akan meninjau ulang hubungan dengan siapa pun "jika mereka berperilaku dengan cara yang sangat bertentangan dengan hak asasi manusia".
Kelompok Taliban yang pernah memerintah Afghanistan dengan tangan besi pada 1996-2001 telah bertempur selama 20 tahun untuk menjatuhkan pemerintah dukungan Barat di Kabul.
Didorong oleh penarikan pasukan asing yang berlangsung hingga September, kelompok pemberontak Muslim Sunni itu membuat tekanan baru dengan mengepung kota-kota dan merebut wilayah.
Dalam wawancaranya dengan Telegraph, Wallace menyadari bahwa rencana bekerja dengan Taliban akan menimbulkan kontroversi.
"Apa yang (Taliban) sangat inginkan adalah pengakuan internasional. Mereka butuh kekuatan finansial dan dukungan untuk membangun bangsa, dan Anda tak bisa melakukan itu dengan memakai balaclava teroris di kepala," katanya.
"Anda harus menjadi mitra perdamaian jika tidak ingin dikucilkan. Pengucilan akan mengembalikan mereka ke tempat sebelumnya," tambahnya.
Wallace meminta agar Taliban dan Presiden Afghanistan Ashraf Gani bekerja sama untuk menciptakan stabilitas bagi negara mereka yang dilanda konflik selama puluhan tahun.
Baca juga: Pasukan Afghanistan tangkis serangan Taliban
Pemimpin senior Afghanistan akan terbang ke Doha untuk berunding dengan Taliban pekan ini.
Baca juga: Presiden Biden akan bahas masalah Afghanistan saat Taliban kuasai wilayah
Kelompok pemberontak itu bersikap keras terhadap perundingan. Mereka bahkan memperingatkan Turki yang berencana mempertahankan pasukan mereka di Afghanistan untuk menjaga bandara utama Kabul.
Pemimpin Taliban pekan lalu mengatakan mereka telah menguasai 85 persen wilayah di Afghanistan. (Antara/Rtr)