Partisipasi mahasiswa dalam pemilu sangat diperlukan

id Ahmad Atang

Partisipasi mahasiswa dalam pemilu sangat diperlukan

Pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Kupang Dr Ahmad Atang MSi.

"Mahasiswa sebagai kelompok masyarakat terdidik, tentu memiliki pemikiran, persepsi politik dan kepekaan sosial yang tinggi sehingga partisipasinya dalam politik menjadi penting untuk membangun kualitas demokrasi," kata Ahmad Atang.
Kupang (ANTARA News NTT) - Pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Kupang Dr Ahmad Atang, MSi mengatakan partisipasi mahasiswa sebagai kelompok intelektual dalam pemilu sangat diperlukan untuk membangun kualitas demokrasi.

"Mahasiswa sebagai kelompok masyarakat terdidik, tentu memiliki pemikiran, persepsi politik dan kepekaan sosial yang tinggi sehingga partisipasinya dalam politik menjadi penting untuk membangun kualitas demokrasi," kata Ahmad Atang kepada Antara di Kupang, Kamis (6/12).

Dia mengemukakan hal itu berkaitan dengan pernyataan Ketua Garda Muda NasDem Prananda Surya Paloh yang mengimbau para mahasiswa untuk tidak golput pada Pemilu 2019 dan mengapa mahasiswa menjadi sasaran imbauan partai politik.

Ketua Garda Pemuda Nasdem Prananda Surya Paloh mengimbau para mahasiswa untuk tidak golput pada Pemilu 2019 saat memberikan kuliah umum di Kampus Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, Jumat (30/11).

Namun demikian, menurut Ahmad Atang,dalam aras politik pemilihan umum, mahasiswa selalu menempatkan diri sebagai pemilih rasional.

Dengan demikian, mahasiswa selalu melihat figur-figur politisi yang tampil untuk dipilih, apakah dapat menyelesaikan permasalahan bangsa atau tidak.

Baca juga: GP NasDem ajak mahasiswa Undana jangan golput

Dia mengatakan, fakta menunjukan bahwa politisi yang terpilih justru menjadi bandit demokrasi, sehingga dapat membangun persepsi negatif di kalangan mahasiswa.

Semakin tinggi persepsi negatif mahasiswa terhadap praktik politik dan demokrasi yang anomali, maka golput menjadi pilihan politik mahasiswa, selain memiliki sikap skeptis terhadap kekuasaan politik.

Menurut dia, sikap ini sebagai respon terhadap fenomena aktual hari ini bahwa kekuasaan selalu dekat dengan praktik KKN, sehingga mahasiswa selalu tidak percaya terhadap kekuasaan.

"Jika ini yang terjadi maka apatisme mahasiswa merupakan jawaban terhadap ketidakikutsertaan mereka pada pemilu," katanya.

Dia menambahkan, dalam sebuah negara demokrasi, apabila kalangan terdidik mengambil jarak dengan politik praktis, maka sebenarnya ada yang salah dalam pengelolaan demokrasi.

Karena itu,tidak salah jika Ketua Garda Pemuda NasDem mengajak mahasiswa untuk tidak golput sebagai bagian dari tanggung jawab partai dalam pendidikan politik rakyat.

"Salah satunya adalah mengajak mahasiswa untuk berpartisipasi dalam pemilu," demikian kata mantan Pembantu Rektor I Universitas Muhammadiyah Kupang itu.

Baca juga: Wajar mahasiswa jadi sasaran imbauan golput
Baca juga: Tiga faktor penyebab orang memilih golput