Pikul dorong pangan lokal jadi sajian utama

id pangan

Pikul dorong pangan lokal jadi sajian utama

UKM ANTARA-1, salah satu peserta yang ikut ambil bagian dalam pameran Ruang Pangan Kita (RPK) yang diselenggarakan Bulog NTT di Kupang. (ANTARA Foto/Benny Jahang)

"Kekayaan pangan lokal di NTT mestinya menjadi sajian utama di setiap keluarga agar anak-anak di daerah ini bisa memperoleh gizi yang cukup dan seimbang," kata Zadrak Mengge.
Kupang (ANTARA News NTT) - Organisasi non-profit yang bergerak di bidang ketahanan pangan, Perkumpulan Pikul mendorong agar pangan lokal menjadi sajian utama yang dikonsumsi setiap rumah tangga di Provinsi Nusa Tenggara Timur.

"Kekayaan pangan lokal di NTT mestinya menjadi sajian utama di setiap keluarga agar anak-anak di daerah ini bisa memperoleh gizi yang cukup dan seimbang," kata Koordinator Program Petani Perempuan Muda dari Perkumpulan Pikul Zadrak Mengge di Kupang, Senin (17/12).

Ia mengatakan, Perkumpulan Pikul sejak 2013 telah melakukan kajian terhadap berbagai pangan lokal bergizi di NTT yang sangat kaya.

Mulai dari serealia (jagung, padi, sorghum, jali, jewawut), umbi-umbian (keladi, talas, singkong, ganyong, ubi jalar dan berbagai umbi hutan) serta beragam kacang-kacangan.

Jenis-jenis lokal, lanjutnya, masih ditemukan di kebun -kebun, pekarangan, bekas kebun masyarakat maupun tumbuh liar di hutan dan dirawat alam. "Bahkan pada kondisi tertentu masih bisa dikonsumsi dalam jumlah yang cukup," katanya.

Ia mengatakan, semakin beragam jenis pangan yang dikonsumsi, maka semakin mudah untuk memenuhi kebutuhan gizi. Hal ini penting mengingat asupan gizi masih menjadi masalah serius yang kerap melanda anak-anak di NTT seperti halnya gizi buruk maupun kekerdilan.

Baca juga: Stok pangan di NTT aman menjelang Natal

Dijelaskannya, hasil riset kesehatan dasar Kementerian Kesehatan pada 2018, menunjukkan prevelensi kekerdilan di NTT sebesar 42,6 persen atau tertinggi se-Indonesia.

"Kondisi ini akibat kekurangan asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama karena pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi," katanya.

Untuk itu, pihaknya berharap pemerintah setempat mampu menggaungkan gerakan konsumsi pangan lokal yang dimulai dari keluarga, terutama bagi kehidupan anak-anak pada 1.000 hari pertama.

"Masyarakat juga perlu didukung dengan teknologi pengolahan pangan sehingga menghemat waktu dan tenaga, terutama perempuan di pedesaan untuk meragamkan konsumsi pangan bagi keluarganya," katanya.

Zadrak menambahkan, program-program pemberian makanan tambahan, dan juga inisiasi program makan di sekolah, penitipan anak, dan juga PAUD yang berbasis pangan lokal dapat menjadi strategi dalam pemenuhan gizi.

Baca juga: Bulog bangun 1.020 Rumah Pangan Kita