Kupang (ANTARA) - Tarekat Suster Fransiskan Misionaris Maria (FMM) menanam sebanyak 990 bibit pohon bakau (mangrove) untuk menjaga lingkungan yang hijau melalui rehabilisasi tanaman bakau di wilayah DKI Jakarta.
"Penanaman bibit bakau ini bentuk perhatian dan kepedulian FMM terhadap lingkungan yang hijau dan juga untuk mendukung program pemerintah dalam hal rehabilitasi bakau, demikian siaran pers Tarekat Suster FMM yang diterima di Kupang, Rabu.
Penanaman bakau yang digelar dalam kegiatan bertema "Merajut Persatuan di tengah Perbedaan bersama Melestarikan Ekosistem Mangrove" sekaligus memperingati hari ulang tahun ke-90 FMM.
Kegiatan itu untuk mendukung upaya Pemerintah Provinsi DKI tengah menggalakkan penanaman bakau untuk mengendalikan ancaman rob di kawasan pesisir Jakarta dan Kepulauan Seribu.
Penanaman bibit bakau harus terus dilakukan, tidak hanya oleh pemprov, tapi juga masyarakat dan organisasi. Pemprov DKI Jakarta telah mengalokasikan pembibitan dan penanaman bakau sebanyak 70 ribu pohon pada 2021. Hingga Juni 2022, realisasi penanaman bibi bakau baru mencapai 38 ribu atau 54,28 persen.
Tumbuhan Mangrove merupakan salah satu jenis tumbuhan yang mempunyai banyak bmanfaatuntuk lingkungan dan manusia sekitar, seperti menghasilkan oksigen dan menyerap karbon dioksida lebih banyak 4-5 kali dibanding dengan pohon terestrial, serta memiliki akar kokoh yang dapat meredam banjir rob, gelombang besar termasuk tsunami.
Kegiatan peduli lingkungan dengan menanam bibit bakau juga akan diisi dengan penyuluhan dan edukasi mengenai ekosistem bakau dan manfaatnya serta bagaimana cara menanam bakau yang baik.
Selain menanam bibit bakau, kegiatan diisi pula dengan pelepasan 990 ekor burung serta pembagian sembako kepada para petani bakau di lokasi sekitar Kawasan Elang Laut, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara.
Tarekat Suster FMM sendiri didirikan pada 6 Januari 1877 di Ootacamund, India. Pendirinya adalah Helene de Chappotin yang dikenal dengan nama Marie de la Passion yang lahir di Nantes, Prancis pada 21 Mei 1839.
Panggilan misionaris mengantarnya ke negeri India, yang akhirnya Marie de la Passion pun mendirikan Tarekat Misionaris Maria di India yang mengikuti cara hidup dan spiritualitas St Fransiskus Asisi, hingga pada tahun 1933 Suster Fransiskan Misionaris Maria masuk ke Indonesia.
Panggilan suster FMM adalah menghayati Injil dalam hidup sederhana, damai dan gembira. Dalam semangat Bunda Maria, para suster FMM mengikuti Tuhan Yesus Kristus dengan berpusat pada Ekaristi; Mempersembahkan diri sepenuhnya kepada Allah. Seperti Bunda Maria menghayati 'Ecce' dan 'Fiat'.
Panggilan FMM yang aktif dan kontemplatif, menekankan hidup doa yang terpancar dalam karya kerasulan. Saat ini, hampir lebih dari 5.000 suster Fransiskan Misionaris Maria dari 79 negara yang terbuka untuk Misi Universal, seperti Fransiskus, melakukan perjalanan di 73 negara di lima benua, termasuk di Indonesia.
Di Indonesia Suster FMM berkarya di bidang pendidikan, kesehatan, pelayanan pastoral, sosialekonomi dan sebagainya, yang tersebar di 10 komunitas untuk hidup dan berkarya di Jambi Sumatera, Serang Banten, Jakarta, Bogor Juanda, Bogor Pabaton, di Flores yaitu Pagal, Bajawa, Soa, Watuapi sementara di Sulawesi ada di Baubau Buton.
Pada perayaan 90 tahun ini, bertepatan juga dengan perjalanan para Suster Fransiskan Misionaris Maria menuju Regio Trinity.
Baca juga: Anak muda Sumba Barat pamerkan hasil aksi nyata atasi masalah lingkungan
Baca juga: Artikel - Menghargai masa lalu, menggenggam masa depan
Rayakan HUT ke-90, Tarekat Suster FMM tanam 990 bibit bakau di Jakarta
Pada perayaan 90 tahun ini, bertepatan juga dengan perjalanan para Suster Fransiskan Misionaris Maria menuju Regio Trinity...