BMKG Sarankan Tangkinisasi Atasi Krisis Air Bersih

id krisis air bersih

Kupang (Antara NTT) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Lasiana Kupang menyarankan pemerintah daerah Nusa Tenggara Timur untuk mengatasi krisis air bersih melalui operasi "tangkinisasi".

"Pengadaan air tangki ini penting sebagai tindakan tanggap darurat membantu warga di daerah kabupaten Kupang dan kabupaten lainnya di NTT yang saat ini kesulitan mengonsumsi air bersih akibat kekeringan," kata Kepala Stasiun Klimatologi Lasiana Kupang, Juli Setiyanto, di Kupang, Selasa.

Ia mengatakan hal itu terkait solusi yang perlu dilakukan menghadapi kemarau panjang yang diperkirakan mencapai Desember 2012 dan telah berdampak langsung terhadap kekeringgan dan kelangkaan air bersih.

"Musim kemarau hingga akhir tahun ini diprediksikan normal, baik dari indikator ENSO, anomali suhu permukaan air laut, dan Dipole Mode di Samudera Hindia," katanya.

Bahkan BMKG menyatakan bahwa sifat hujan musim kemarau 2012, sebagian besar normal (57 persen), di atas normal (35 persen), dan di bawah normal (8 persen).

Namun kenyataannya kekeringan terjadi di beberapa wilayah. Dampak yang ditimbulkan adalah krisis air, sawah puso, konflik perebutan air, dan sebagainya.

Ia mengatakan secara nasional BNPB telah menyelesaikan Rencana Aksi Terpadu Menghadapi Kekeringan 2012 di sembilan provinsi menjadi prioritas penanganan yaitu Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, NTB, NTT, dan Papua Barat.

Menurut dia, penyediaan pompa air, pembuatan sumur pantek atau sumur bor, hujan buatan, pembangunan embung atau reservoir, dan pengaturan pemberian air untuk pertanian dengan system gilir giring, sudah sering dilakukan di daerah-daerah luar NTT.

Namun khusus untuk distribusi air melalui tangki air sangat cocok untuk sebagian wilayah NTT, karena tangki sudah memasyarakat dan selama ini sudah familiar dengan warga yang kesulitan air bersih.

Ia menyebut sedikitnya 202 keluarga di Desa Enoraen, Kecamatan Amarasi Timur, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), berdasarkan laporan saat rapat koordinasi lembaga terkait kekeringan benar-benar kesulitan mendapatkan air bersih akibat kemarau yang melanda daerah itu dua pekan terakhir.

"Kesulitan air bersih terjadi di dua dusun, yakni di Bikoen sebanyak 134 keluarga dan Fatuaf 66 keluarga. Saat ini warga yang mengalami krisis air bersih harus mengambil air ke dusun tetangga yang berjarak sekitar delapan kilometer.

"Warga mengambil air ke mata air sejauh 10 kilometer menggunakan jeriken, karena sumur milik warga di dua dusun itu masih menyisakan air, namun tidak cukup untuk kebutuhan minum dan mencuci," katanya.

Sementara itu, air sulit dialirkan ke dua dusun tersebut karena lokasinya berada di gunung dengan ketinggian sekitar 70 meter.

Padahal tahun-tahun sebelumnya pemerintah berniat mengalirkan air ke dua dusun tersebut melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM Mandiri) dengan pengadaan pompa dan pipa untuk mengalirkan air dari dataran rendah, tapi gagal.

Akibatnya, setiap memasuki kemarau, dua dusun itu selalu menderita krisis air bersih. Warga kembali menekuni kebiasaan berjalan kaki ke dusun tetangga untuk mengambil air.