Gempa Maluku Dirasakan di NTT

id Gempa

Gempa Maluku Dirasakan di NTT

Gempa di Maluku dirasakan juga di sebagian wilayah Nusa Tenggara Timur

Gempa bumi berkekuatan 6,6 skala Richter (SR) yang mengguncang Kabupaten Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku, dirasakan juga di sebagian wilayah di Provinsi Nusa Tenggara Timur
Kupang (Antara NTT) - Gempa bumi berkekuatan 6,6 skala Richter (SR) yang mengguncang Kabupaten Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku, dirasakan juga di sebagian wilayah di Provinsi Nusa Tenggara Timur.

"Getaran gempa bumi di Maluku dirasakan juga di Kabupaten Belu dan Sumba Timur," kata Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kelas I Kupang/Koordinator BMKG NTT, Hasanudin kepada Antara di Kupang, Rabu.

Menurut dia, gempa bumi dirasakan di Waingapu, ibu kota Kabupaten Sumba Timur dalam skala intensitas gempa bumi (SIG) II BMKG atau III Modified Mercalli Intensity (MMI) dan juga di Kabupaten Belu SIG II BMKG III sampai IV Modified Mercalli Intensity (MMI).

Dia menjelaskan hasil analisis info cepat 5 menit pertama oleh BMKG menunjukkan bahwa gempa bumi ini berkekuatan M=6,6 (update analisis menjadi berkekuatan M=6,5).

Pusat gempa bumi terletak pada 7,75 LS dan 128,01 BT, tepatnya di Laut Banda pada jarak 357 km arah barat barat laut Kota Saumlaki pada kedalaman 173 km.

Peta tingkat guncangan BMKG menunjukkan bahwa dampak gempa bumi berupa guncangan dirasakan dalam wilayah luas seperti di Kepulauan Tanimbar, Kepualaun Kai Kecil, Pulau Damar, Pulau Moa, Pulau Timor, Pulau Wetar, dan Pulau Alor, pada skala intensitas II SIG-BMKG atau III MMI.

Menurut dia, guncangan gempa bumi ini dirasakan oleh banyak orang, bahkan beberapa warga berlarian keluar rumah karena panik. Namun demikian hingga saat ini belum ada laporan kerusakan sebagai akibat dampak gempa tersebut.

Gempa bumi Laut Banda ini jika ditinjau dari kedalaman hiposenternya merupakan jenis gempa bumi menengah, sehingga wajar jika guncangannya dirasakan dalam wilayah yang luas.

Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Mochammad Riyadi menjelaskan gempa bumi ini terjadi akibat aktivitas Subduksi Banda dengan laju sekitar 20 mm/tahun ke arah barat laut di Cekungan Weber bagian selatan.

Cekungan laut dalam di Banda ini populer disebut sebagai zona Deep Weber. Data BMKG menunjukkan bahwa beberapa tahun terakhir di zona Deep Weber ini memang mengalami peningkatan aktivitas seismik yang cukup signifikan.

Pada Selasa (20/12), di zona ini juga terjadi gempa bumi M=5,2 dan dirasakan di Kepulauan Tanimbar dan Kepualaun Kai Kecil.

Namun patut disyukuri bahwa dengan kedalaman hiposenter di kedalaman menengah ini, hasil modelling tsunami menunjukkan bahwa gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami.

"Hasil monitoring BMKG hingga saat ini belum terjadi gempa bumi susulan. Untuk itu kepada masyarakat dihimbau agar tetap tenang, tidak terpancing isu mengingat gempa bumi yang terjadi tidak berpotensi tsunami," katanya.