Kupang (ANTARA) - Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) dan Aisyiyah mengklaim berhasil menjadikan Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur, sebagai lokasi percontohan program edukasi dan pendampingan gizi pada ibu dan balita serta bahaya konsumsi kental manis pada balita.
"Insya Allah untuk Kota Kupang, program ini berhasil dijalankan, melihat dari progres sejumlah balita yang didampingi terkait makanan sehat dan bahaya konsumsi kental manis," kata Wakil Ketua Majelis Kesehatan Pimpinan Pusat Aisyiyah Chairunnisa di Kupang, Sabtu.
Proses pendampingan, ujar dia, sudah dilakukan selama tiga bulan dengan jumlah pendampingan sebanyak delapan kali oleh para kader pendamping dari Aisyiyah.
Hasilnya, menurut dia, sangat positif, di mana anak-anak yang didampingi sudah tidak lagi diberikan kental manis oleh ibunya sebagai pengganti air susu ibu (ASI) atau susu formula yang berdampak pada tumbuh kembang serta nafsu makan anak.
"Hasil yang kami terima dari laporan para kader kami, setelah tidak lagi konsumsi kental manis, nafsu makan semakin meningkat, serta asupan gizinya semakin bertambah, karena diberikan menu makanan yang harus dimasak oleh pendampingnya," kata dia.
Dia berharap setelah masa pendampingan selesai, ibu bisa meneruskan apa yang sudah didapatnya saat pendampingan terkait menu makanan yang harus diberikan kepada anaknya.
Kader pendamping di Kelurahan Oesapa Selatan, Kota Kupang, Siti Fauziah mengatakan bahwa dia memberikan pendampingan kepada tiga anak yang selama ini orang tuanya memberikan kental manis sebagai pengganti susu formula.
"Orang tua anak-anak yang saya dampingi merespons dengan baik. Mereka juga baru tahu ternyata kental manis berbahaya buat anak mereka," katanya.
Tugas pendampingan yang dilakukan, ujar dia, memberikan edukasi terkait makanan, menyiapkan menu makan yang berbeda setiap hari, pagi hingga malam hari. Sehingga dia setiap Sabtu pagi harus ke pasar untuk membeli kebutuhan untuk menu dalam sepekan.
Dia mengatakan setelah delapan kali melakukan pendampingan, keluarga yang didampingi sudah paham, dan diharapkan bisa dilanjutkan, walaupun program pendampingan sudah selesai.
Sementara itu, Ance Manobe seorang ibu yang diberikan pendampingan mengatakan bahwa awal mula dia memberikan kental manis ke anaknya, ketika mereka mengalami kesulitan ekonomi serta jarak lahir antara anak terakhir berdekatan dengan sebelumnya.
"Saat itu ASI tidak cukup dan masalah ekonomi, akhirnya anak saya, Stefano, saya berita kental manis/ Hasilnya, anak saya jadi malas makan dan susah makan," ujar dia.
Namun, kata dia, kini nafsu makannya tinggi. Bahkan, setelah tiga jam makan, anaknya sudah kembali lapar, dan meminta makanan. Menurut dia, hal ini juga karena menu makan yang berbeda dan enak ketika dia makan, baik pagi hingga malam.
Dia berharap program itu berjalan terus di keluarga keluarga lain di Nusa Tenggara Timur, khususnya di Kota Kupang.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kota Kupang berhasil jadi percontohan pendampingan gizi balita