Siapa pun yang memimpin negeri ini harus berjiwa Pancasilais

id TIMTIM

Siapa pun yang memimpin negeri ini harus berjiwa Pancasilais

Warga eks Timor Timur mengharapkan siapa pun yang terpilih menjadi presiden pada pemilu 17 April 2019, hendaklah orang yang berjiwa Pancasilais. (ANTARA Foto/Kornelis Kaha)

Warga eks Timor Timur yang berdomisili di Atambua, Kabupaten Belu, NTT yang berbatasan dengan Timor Leste berharap siapa pun yang terpilih untuk memimpin negeri ini pada 17 April 2019, haruslah berjiwa Pancasilais.
Atambua (ANTARA) - Warga eks Timor Timur yang berdomisili di Atambua, Kabupaten Belu, NTT yang berbatasan dengan Timor Leste berharap siapa pun yang terpilih untuk memimpin negeri ini pada 17 April 2019, haruslah berjiwa Pancasilais.

"Secara pribadi, saya sendiri mengharapkan agar siapa pun yang akan memimpin negeri ini, dia harus bisa membawa negara ini tetap pada ranahnya yakni Pancasilais, Bhineka Tunggal Ika, dan juga selalu berada pada UUD 1945," kata tokoh masyarakat eks Timor Timur Helio Caetano Moniz, yang ditemui Antara di Atambua, Kabupaten Belu, Rabu (20/3).

Moniz adalah warga eks Timor Timur yang memilih bergabung dengan Indonesia saat jajak pendapat pada 1999. Saat ini dia berprofesi sebagai seorang pengacara di Kabupaten Belu.

Ia bersama warga eks Timor Timur memilih bergabung dengan Indonesia, karena bangsa ini adalah bangsa besar yang didirikan dengan satu pondasi yang kuat yakni pondasi Pancasila yang terbungkus dalam semboyan NKRI Harga Mati.

"Kami warga eks Timtim sudah trauma dengan kejadian yang menimpa kami pada tahun-tahun yang kelam, oleh karena itu kami membutuhkan pemimpin yang memang bisa membawa bangsa ini tetap aman dan damai," ujar dia. 

Oleh karena itu, kata dia, jika ada kelompok yang cenderung membuat Indonesia menjadi tunggal dan tidak beragam, tidak Bhineka Tunggal Ika serta tidak Pancasilais, maka warga di perbatasan itu sudah sepakat untuk menolaknya.

"Saat ini banyak sekali warga baru atau warga eks Timtim yang menyadari bahwa Pemilu 2019 kali ini memnculkan hal-hal yang dibuat kelompok-kelompok tertentu untuk memecah bela bangsa agar tak sejalan dengan Pancasila," katanya.

Sementara itu tokoh masyarakat di Desa Silawan, Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu, Ali MQ, yang ditemui secara terpisah, mengatakan, saat ini kehadiran informasi hoaks menyebar hampir di seluruh daerah.

Namun, kata Ali, bagi warga di Desa Silawan, informasi-informasi hoaks tak akan mempan bagi warga di daerah perbatasan itu.

"Hoaks itu merusak pikiran masyarakat, jelang Pemilu ini banyak sekali informasi hoaks yang membuat warga bingung. Tetapi pemerintah daerah di sini selalu mengingatkan kami akan hal-hal tersebut. Kami juga berharap agar pelaksanaan Pemilu di NTT ini tetap berjalan dengan baik aman dan damai," kata dia.

Baca juga: Muhammadiyah Kupang terapkan kurikulum Pancasila tangkal radikalisme
Baca juga: Mendagri ajak warga Ende amalkan Pancasila