Layanan Gizi Rutin Melalui Posyandu

id Gizi

Layanan Gizi Rutin Melalui Posyandu

Kadis Kesehatan Kota Kupang dr Ari Wijana

"Kami masih melakukan pelayanan gizi standar melalui posyandu," kata dr Ari Wijana
Kupang (Antara NTT) - Dinas Kesehatan Kota Kupang terus melakukan layanan rutin bantuan gizi masyarakat melalui pusat layanan terpadu (Posyandu) yang tersebar di 51 kelurahan dan enam kecamatan ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) itu.

"Kami belum ada instruksi terbaru soal layanan gizi masyarakat dalam rangka peringatan hari gizi nasional pada 25 Januari besok. Kami masih melakukan pelayanan gizi standar melalui posyandu," kata Kepala Dinas Kesehtan Kota Kupang dr Ari Wijana di Kupang, Selasa, menjawab aksi dinas tersebut dalam memperingati Hari Gizi Nasional (HGN) pada Rabu 25 Januari 2017 besok.

Dia mengaku hingga saat ini belum ada instruksi dari Kementerian Kesehatan RI untuk sebuah gerakan khusus dalam peringati hari gizi tersebut. Dengan demikian maka, Dinas Kesehatan Kota Kupang akan tetap melaksanakan tugas dan layanan rutin gizi bagi masyarakat melalui posyandu.

Selain melalui posyandu, layanan gizi masyarakat juga dilakukan melalui puskesmas dan pustu dengan sejumlah program terencana dan sewaktu-waktu.

Misalnya lanjut dia, beberapa waktu lalu ada pemberian bantuan makanan tambahan bagi ibu menyusui di puskesmas yang ada sebagai tindaklanjut dari program bantuan Kementerian kesehatan, melalui pemerintah provinsi.

"Ini salah satu contoh kegiatan dan layanan gizi masyarakat yang dilakukan secara terprogram Kementerian Kesehatan dan diimplementasikan di daerah," katanya.

Memang, kata mantan Kepala Dinas Kesehatan Kota Kupang itu, Pemerintah Kota Kupang terus menciptakan sejumlah program untuk pelayanan dan bantuan gizi masyarakat, agar bisa lebih sehat dan tidak terjebak dalam sejumlah penyakit yang diakibatkan oleh karena kurang gizi.

Sosialiasi, penyuluhan dan bantuan langsung terus dilakukan melalui sejumlah fasilitas kesehatan yang ada di tengah masyarakat termasuk posyandu. "Itu yang kita lakukan selama ini dan akan terus dilakukan untuk kepentingan pelayanan gizi masyarakat," katanya.

Dijelaskannya, masalah gizi memiliki dampak yang luas, tidak saja terhadap kesakitan, kecacatan, dan kematian, tetapi juga terhadap pembentukan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dengan produktifitas optimal.

Kualitas anak ditentukan sejak terjadinya konsepsi hingga masa balita. Kecukupan gizi ibu selama hamil hingga anak berusia di bawah lima tahun serta pola pengasuhan yang tepat akan memberikan kontribusi nyata dalam mencetak generasi unggul.

"Karena itulah kami terus mendorong dan fokus pada layanan ibu hamil dan ibu menyusui di posyando yang ada," katanya.

Data Global Nutrition Report (2014) menyebutkan bahwa Indonesia termasuk negara yang memiliki masalah gizi yang kompleks. Hal ini ditunjukkan dengan tingginya prevalensi stunting, prevalensi wasting dan permasalahan gizi lebih.

Mengutip data Riskesdas 2013, prevalensi gizi kurang pada balita (BB/U<-2SD) memberikan gambaran yang fluktuatif dari 18,4 persen (2007) menurun menjadi 17,9 persen (2010) dan kini meningkat lagi menjadi 19,6 persen (tahun 2013).

Obesitas sentral merupakan kondisi sebagai faktor risiko yang berkaitan erat dengan beberapa penyakit kronis. Disebut obesitas sentral apabila laki-laki memiliki lingkar perut lebih besar 90 cm, atau perempuan dengan lingkar perut lebih besar 80 cm.

Secara nasional, prevalensi obesitas sentral adalah 26,6 persen, lebih tinggi dari prevalensi pada tahun 2007 (18,8%). Selanjutnya, masalah stunting atau pendek pada balita ditunjukkan dengan angka nasional 37,2 persen.