Kupang (ANTARA) - Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Emanuel Melkiades Laka Lena menegaskan kolaborasi lintas sektor menjadi kunci utama dalam mengatasi kemiskinan ekstrem dan stunting di daerah itu.
“Perjuangan menurunkan kemiskinan ekstrem dan stunting di NTT tersebut bukan sekadar urusan administratif, melainkan gerakan kemanusiaan bersama untuk masa depan generasi NTT,” katanya dalam sambutannya di Kupang, Senin.
Hal itu disampaikannya saat membuka kegiatan fasilitasi teknis Program Bangga Kencana bersama mitra Kementerian/Lembaga (K/L), pemerintah daerah, perguruan tinggi, dan lintas sektor dalam penghapusan kemiskinan ekstrem dan percepatan penurunan stunting.
Dalam sambutannya dia mengatakan penanganan stunting dan kemiskinan ekstrem bukan sekadar angka atau target nasional.
“Ini tentang anak-anak kita, tentang keluarga kita, tentang masa depan manusia NTT,” ucapnya dalam kegiatan yang diinisiasi oleh Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/BKKBN tersebut.
Dalam sambutannya, Melki mengatakan NTT masih menghadapi dua tantangan serius, yakni tingkat kemiskinan sebesar 19,48 persen dan angka stunting 37 persen pada tahun 2024.
Kondisi itu, katanya, tidak bisa diselesaikan oleh satu institusi saja, melainkan membutuhkan kerja sama menyeluruh antar-sektor.
“Data ini bukan sekadar statistik, melainkan cermin kehidupan warga kita yang masih berjuang setiap hari. Karena itu kita harus bekerja bersama untuk memastikan setiap anak NTT tumbuh sehat, bahagia, dan penuh harapan,” ujarnya.
Ia menambahkan persoalan kemiskinan dan stunting berakar pada ketimpangan akses terhadap pangan bergizi, air bersih, pendidikan, dan layanan kesehatan, di wilayah pedesaan dan kepulauan.
Berdasarkan data BKKBN, jumlah Keluarga Risiko Stunting (KRS) di NTT menurun dari 431.247 keluarga pada 2022 menjadi 331.116 keluarga pada 2024. Namun tiga kabupaten masih mencatat angka tertinggi yakni Sumba Barat Daya, Timor Tengah Selatan, dan Manggarai Timur.
“Capaian ini hasil kerja keras para kader posyandu, penyuluh, tenaga kesehatan, dan seluruh unsur masyarakat. Tapi perjuangan belum selesai. Kita perlu bekerja lebih keras dan lebih terpadu di daerah-daerah yang masih tertinggal,” ucapnya.
Dengan pertemuan hari ini, kata dia, diharapkan kedepannya penanganan stunting dan kemiskinan ekstrem di NTT bisa tertangani dengan baik.
Dia mengaku masalah stunting tersebut juga terjadi akibat adanya kemiskinan ekstrem, karena itu pertemuan yang menghadirkan akademisi, perguruan tinggi, diharapkan memberikan dampak yang positif bagi masalah stunting di NTT.

