Kupang, NTT (ANTARA) - Pemerintah Kota (Pemkot) Kupang, Nusa Tenggara Timur, mendorong pelestarian situs bersejarah Makam Kuno Raja Tanof melalui peluncuran dua buku yang merangkum jejak sejarah sekaligus memperkuat literasi budaya bagi generasi muda
“Peluncuran buku ini adalah upaya menjaga dan merawat sejarah. Bukan sekadar nostalgia, tetapi sarana mengenalkan generasi muda pada nilai kepemimpinan, semangat juang, dan kesetiaan yang diwariskan oleh Raja-Raja Tanof,” kata Wali Kota Kupang dr. Christian Widodo di Kupang, Jumat.
Adapun dua buku yang diluncurkan berjudul “Melawan Lupa di Kerajaan Taebenu: Jejak Makam dan Istana Raja Tanof dalam Warisan Budaya Abadi” dan “Serpihan Kisah Raja-Raja Tanof pada Kerajaan Taebenu dan Implikasinya bagi Generasi Muda Masa Kini”.
Christian mengapresiasi keluarga besar Tanof serta seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan dan peluncuran kedua buku tersebut.
Ia turut menyampaikan bahwa pemkot akan mengusulkan kompleks Makam Kuno Raja Tanof di Manutapen sebagai cagar budaya Kota Kupang pada 2026.
Pemerintah, tambah dia, juga berkomitmen mengalokasikan anggaran untuk penataan, perbaikan, dan pemeliharaan situs tersebut sehingga dapat menjadi destinasi wisata budaya yang memberikan kontribusi bagi pendapatan asli daerah (PAD).
Ia mengusulkan peningkatan fasilitas di kawasan situs, antara lain pemasangan lampu penerangan dan pembangunan titik foto yang menampilkan simbol Kota Kupang, yaitu lambang hati, guna menambah daya tarik pengunjung.
Christian berharap melalui peluncuran kedua buku tersebut dapat menjadi sarana pembelajaran, literatur pendidikan, sekaligus inspirasi bagi generasi muda Kota Kupang.
Dua buku itu disusun oleh tim penulis UPTD SD Negeri Palsatu Manutapen. Kepala sekolah sekaligus penulis utama, Belmira Sagrada Ferrao Santos, mengatakan proses penelitian dan penulisan berlangsung hampir satu tahun dan melibatkan keluarga besar Tanof sebagai narasumber utama.
“Buku ini bukan hanya catatan sejarah, tetapi ajakan untuk melawan lupa. Kami ingin mengingatkan pentingnya merawat warisan leluhur yang kaya akan nilai sejarah, kearifan, dan makna kehidupan,” ujar Belmira.
Perwakilan keluarga besar Tanof, Esau Tanof, menyampaikan terima kasih atas seluruh dukungan Pemkot Kupang, tim penulis, dan semua pihak yang terlibat.
Ia berharap buku tersebut dapat menjadi bahan ajar di sekolah-sekolah, sehingga generasi muda mengenal lebih dekat sejarah Raja-Raja Tanof dan memahami nilai perjuangan yang diwariskan.
“Semoga situs budaya kami di Manutapen terus dilestarikan dan menjadi destinasi wisata yang mendorong kesadaran sejarah masyarakat Kota Kupang,” katanya.

