Artikel - Paskah dan model pemimpin yang Pancasilais

id Paskah

Artikel - Paskah dan model pemimpin yang Pancasilais

Misa malam Paskah di Gereja Katolik Mater Dei Madiun, Jawa Timur, Sabtu (20/4/2019) malam. (ANTARA FOTO/Istimewa)

Pemimpin yang berjiwa Pancasila adalah mereka yang menghayati dan menjabarkan dengan baik nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Kupang (ANTARA) - Paskah yang dikenang umat Kristiani sedunia sebagai hari kebangkitan Yesus Kristus setelah tiga hari wafat di kayu salib, merupakan perayaan terpenting dalam tahun liturgi gereja Kristen.

Di sini, Santo Paulus, salah seorang murid Yesus, melukiskan Yesus sebagai Anak Domba Paskah. Umat Kristiani sedunia, sampai saat ini masih percaya tentang kisah sengsara Yesus, mulai dari peristiwa jalan salib, sampai akhirnya wafat di kayu salib.

Namun, pada hari ketiga tepatnya pada Minggu Paskah, Yesus bangkit dari antara orang mati. Ini merupakan peristiwa yang paling sakral dalam hidup Yesus yang selalu diperingati tiap tahun oleh umat Kristiani sedunia.

Dalam sejumlah literatur, Paskah merupakan perayaan tertua dalam gereja Kristen, penghubung antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. 

Paus Leo Agung (440-461) menekankan pentingnya Paskah dan menyebutnya sebagai festum festorum – perayaan dari semua perayaan, dan Paus Leo Agung pun berkata bahwa Natal hanya dirayakan untuk mempersiapkan perayaan Paskah.

Di dalam gereja-gereja Kristen, terutama Ritus Latin, perayaan dimulai pada hari Jumat Agung. Gereja-gereja biasanya menyelenggarakan kebaktian atau misa pada hari tersebut, dan umat Katolik Roma biasanya juga berpuasa pada hari tersebut, karena memperingati sengsara penderitaan dan kematian Yesus di kayu salib. 

Gereja-gereja Protestan biasanya melanjutkan kebaktian dengan sakramen Perjamuan Paskah untuk memperingati Perjamuan Malam Terakhir Yesus pada malam Kamis Putih.

Pada hari Sabtunya gereja-gereja Katolik menyelenggarakan kebaktian Malam Paskah. Dalam kebaktian itu sebuah lilin Paskah dinyalakan untuk melambangkan Kristus yang bangkit, exultet atau proklamasi Paskah. Kebaktian ini mencapai puncaknya pada saat didendangkan lagu Gloria dan Alleluia, dan Injil tentang kisah kebangkitan dibacakan. 

Kebaktian Minggu Paskah untuk memperingati kebangkitan Yesus ini, dirayakan dengan sikap penuh sukacita, tercermin dari lagu-lagu yang dinyanyikan lebih bernuansa kemenangan.

Baca juga: Paskah mengaktifkan tindakan melayani sesama

Di Kota Winston-Salem, negara bagian Carolina Utara, AS terdapat sebuah Gereja Persaudaraan Moravia yang memiliki tradisi Paskah tahunan. 

Mulai pukul 02.00 dini hari pada Minggu Paskah, para anggota gereja Moravia datang ke sebuah kuburan bersejarah bernama God's Acre untuk menyambut kebangkitan Yesus diiringi dengan koor serta alat musik yang berjumlah hingga 500 buah, 

Acara ini sudah dilangsungkan setiap tahun selama lebih dari dua abad dan telah menarik ribuan turis setiap tahunnya sehingga kota Winston-Salem kemudian diberi julukan dengan sebutan Kota Paskah (Easter City).

Di Filipina yang mayoritasnya Katolik Roma, pada hari Minggu Paskah pagi diselenggarakan dengan perayaan yang penuh sukacita, yang dikenal dengan sebutan Salubong (Pertemuan). 

Berjiwa Pancasila
Di Indonesia, pada perayaan Minggu Paskah (21/4) ini, tampaknya menjadi sebuah momentum perayaan yang menarik bagi bangsa ini, karena akan ada agenda pertemuan antara utusan calon presiden nomor urut 01 Jokowi, dengan calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto.

Pertemuan antara kedua calon pemimpin bangsa ini menjadi kerinduan yang dalam bagi semua anak bangsa, karena pascapelaksanaan Pemilu 2019 pada 17 April lalu, tensi politik di negeri ini terus meningkat yang berpuncak pada pidato politik Prabowo yang secara sepihak mengumumkan kemenangannya sebagai presiden dalam Pilpres 2019.

Prabowo seakan tak mau percaya lagi dengan hasil penghitungan cepat yang dilakukan oleh berbagai lembaga survei yang diakomodir oleh KPU RI sebagai penyelenggara pemilu yang baru akan mengumumkan hasil Pilpres 2019 pada Mei mendatang.

Berbagi macam reaksi muncul dari berbagai kalangan, termasuk di antaranya kubu 01. Namun, kubu Jokowi-Amin lebih memilih legowo dan rendah hati yang hanya mau menunggu pengumuman resmi dari KPU tentang hasil Pilpres 2019.

Melihat situasi ini, Joko Widodo sebagai calon presiden petahana mengambil inisiatif untuk bertemu Prabowo sebagai rival politiknya pada Minggu Paskah melalui utusannya Luhut Binsar Pandjaitan.

Baca juga: Malam Paskah dan pembaharuan janji baptis

Pertemuan kedua tokoh ini, diharapkan membawa kesejukan bagi semua anak bangsa yang dihuni oleh beragam suku, agama, bahasa dan budaya serta ras yang hidup dalam satu bingkai NKRI dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika (berbeda-beda tetapi tetapi tetap satu).

Dan bangsa ini, sangat membutuhkan seorang pemimpin yang berjiwa Pancasila, menghargai keberagaman, jujur dan terpercaya, visioner, dan kompeten. Karakter pemimpin tersebut sangat dibutuhkan oleh rakyat sedang berjuang menuju pada tataran keadilan dan kemakmuran.

Mengapa bangsa ini membutuhkan pemimpin yang berjiwa Pancasilais? Sebab, Indonesia sedang mengalami krisis kepemimpinan, di mana pemimpin yang seharusnya melaksanakan tugasnya untuk mengayomi masyarakat justru salah menggunakan kekuasaanya untuk melakukan hal-hal yang menyeleweng, seperti korupsi, dan suap menyuap.

Simbol burung Garuda yang dipajang di setiap kantor pemerintahan seolah tak berpengaruh terhadap aktivitas di dalamnya. Burung Garuda dianggap hanya sebagai hiasan dinding belaka. 

Pancasila seakan telah kehilangan eksistensinya sebagai pedoman pemimpin dan pemersatu bangsa. Tetapi tidak semua pemimpin sama, artinya sebagian besar pemimpin yang berjiwa Pancasila.

Pemimpin yang berjiwa Pancasila adalah mereka yang menghayati dan menjabarkan dengan baik nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

Sila pertama mengharuskan setiap pemimpin harus memiliki kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, mengakui adanya harkat dan martabat manusia dengan segala hak dan kewajibannya (Sila kedua), melandasi kepemimpinan pada persatuan dan kesatuan bangsa (Sila ketiga).

Selain itu, harus bijaksana dan memiliki akal sehat (Sila keempat) dan harus bersikap adil, sederhana serta bekerja keras untuk mempercepat pembangunan di negeri ini (Sila kelima).

Pemimpin yang Pancasilais adalah sosok pemimpin yang selalu mengamalkan sila-sila Pancasila dengan memiliki jiwa yang religi, bertindak adil, mampu mempersatukan perbedaan yang ada, dan bersikap toleran serta bijak kepada seluruh masyarakat.

Dengan semangat kebangkitan Paskah, pertemuan antara Presiden Jokowi dan rival politiknya Prabowo sebagai sesama calon presiden dapat meniupkan angin segar bagi bangsa ini agar tetap kokoh, damai dan sejahtera dalam bingkai NKRI dengan berlandaskan pada Pancasila dan UUD 1945.

Baca juga: Ratusan pemuda lintas agama ikuti pawai Paskah
Baca juga: Feature - Paskah dan Hamba Kebenaran