Penderita DBD Terus Bertambah

id DBD

Penderita DBD Terus Bertambah

Salah seorang penderita DBD sedang menjalani perawatan di RSUD Prof Dr WZ Johannes Kupang

"Catatan hingga hari ini sudah terdapat 29 orang yang positif menderita penyakit DBB dan sedang dirawat di sejumlah rumah sakit daerah ini," kata Sri Wahyuningsih.
Kupang (Antara NTT) - Penderita demam berdarah dengue (DBD) di Kota Kupang hingga Februari 2017 terus bertambah menjadi 29 kasus seiring kian tingginya intensitas curah hujan yang terjadi di wilayah ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur itu.

"Catatan hingga hari ini sudah terdapat 29 orang yang positif menderita penyakit DBB dan sedang dirawat di sejumlah rumah sakit daerah ini," kata Kepala Bidang Penanggulangan dan Pengamatan Penyakit Dinas Kesehatan Kota Kupang Sri Wahyuningsih di Kupang, Selasa.

Dia menyebut, jumlah 29 pasien DBD itu meningkat dari sebelumnya di awal Januari terdapat delapan pasien, kemudian meningkat menjadi 17 di akhir Januari dan selanjutnya menjadi 29 pasien. "Telah terjadi penambahan sebanyak 12 orang pasien hingga saat ini," katanya.

Dia mengatakan, para penderita ini positif mengidap penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk `Aedes Aegypti` dan sedang dirawat di sejumlah rumah sakit yang ada di daerah ini.

Meskipun berada dalam `great` satu, dua dan tiga dan sedang ditangani intensif, namun demikian butuh kewaspadaan semua pihak termasuk masyarakat.

Penambahan dan peningkatan jumlah pasien DBD tersebut tidak terlepas dari kondisi cuaca yang terjadi di daerah ini sepanjang dua pekan terakhir dengan curah hujan berintensitas sedang hingga tinggi, disertai angin kencang. Telah terjadi sejumlah genangan di hampir seluruh wilayah daerah ini sebagai akibat dari sisa buangan banjir.

Kondisi ini tentu sangat rawan bagi kemungkinan mewabah dan berkembang biaknya jentik nyamuk penyebab demam berdarah dengue ini.

Pemerintah Kota Kupang melalui Dinas Kesehatan terus melakukan sejumlah tindakan antisipatif dalam rangka pencegahan dan penularan penyakti tersebut yaitu dengan foging fokus di lokasi yang telah terdapat pasien positif DBD.

"Ini dimaksud agar tidak terlanjut mewabah karena berkembang biaknya nyamuk tersebut di lokasi itu," katanya.

Penyediaan abate di setiap puskesmas dan puskesmas pembantu di seluruh wilayah ini harus diakses warga secara proaktif, agar bisa melindungi rumah tangga dari kemungkinan mewabahnya penyakit tersebut.

Pola gerakan 3M Plus yaitu mengubur, menguras dan menutup segala bentuk sampah dan tempat air serta menambur abate di setiap tempat air yang akan dimanfaatkan di rumah, demi menjaga kemungkinan berkembang biak jentik nyamuk tersebut.

"Itu gerakan bersama di tempat tinggal di musim hujan ini. Abate bisa diperoleh di puskesmas dan pustu secara gratis," katanya.

Dia menjelaskan, pada setiap musim hujan seperti saat ini akan rentan dengan munculnya penyakit akibat perubahan suhu lingkungan. Ada beberapa jenis virus, dan bakteri yang mudah berkembang biak karena perubahan suhu, sehingga manusia rentan terinfeksi beberapa jenis penyakit pada musim ini.

Sejumlah penyakit itu antara lain, penyaklit diare yang ditandai buang air besar cair berkali-kali, sebagai akibat dari bakteri yang menginfeksi saluran usus.

Penyakit ini berpotensi muncul di musim hujan karena sumber-sumber air minum tercemar akibat banjir. Ketika terjadi banjir, biasanya sarana dan prasarana air yang terbatas akan tercemar, karena kebersihan sarana tersebut kurang terjaga.

Cara efektif mencegah penyakit diare adalah dengan mencuci tangan memakai sabun setiap akan makan dan minum serta sehabis buang hajat, merebus air minum hingga mendidih, serta berupaya menghindari tumpukan sampah di sekitar tempat tinggal.

"Karena itulah perlu pola 3M Plus yaitu mengubur kaleng-kaleng bekas, menguras tempat penampungan air secara teratur, dan menutup tampungan air dengan rapat serta menambur abate," katanya.