Warga Bertikai Di Adonara Sepakat Letakkan Senjata

id perang tanding, tokoh agama

Adonara, Flores Timur (Antara NTT) - Warga dua desa di Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang bertikai selama sepekan terakhir, Senin sepakat untuk meletakkan senjata dan bersedia ke meja perundingan untuk menyelesaikan masalah secara damai.

Kesepakatan itu tercapai dalam pertemuan dengan Gubernur Nusa Tenggara Timur Frans Lebu Raya yang turun ke Pulau Adonara, dan melakukan pertemuan dengan masyarakat di tiga titik berbeda sejak pagi hingga Senin petang.

"Ada satu langkah positif yang dicapai pada hari ini yakni dua kelompok yang bertikai menerima tawaran saya untuk meletakkan senjata dan siap melakukan dialog damai di meja perundingan. Ini hal yang paling penting sebelum melangkah lebih jauh dalam menyelesaikan masalah ini," katanya.

Dalam pertemuan dengan masyarakat dua desa dan juga tokoh-tokoh sentral dalam perang tanding di Adonara, Gubernur juga meminta agar pihak yang bertikai harus membuka diri untuk menerima Bupati Flores Timur sebagai pucuk pimpinan di wilayah itu.

"Dalam penyelesaian masalah ini, tentu kita membutuhkan pihak ketiga dan karena itu, Bupati Flores Timur Yoseph Lagadono Herin yang selama ini ditolak kehadirannya di Adonara, harus bisa diterima karena merupakan pemimpin yang paling dekat dengan rakyat. Saya siap kapan saja, untuk turun kembali ke Adonara jika diperlukan," katanya.

Gubernur juga berjanji akan segera membentuk tim independen yang melibatkan akademisi dan praktisi serta tokoh-tokoh masyarakat, untuk mengumpulkan data dan informasi mengenai permasalahan tanah ulayat yang sedang disengketakan.

Tim ini akan bertemu dengan semua pihak, termasuk tokoh-tokoh adat dari dua desa yang sedang bertikai untuk mencari kebenaran sejarah mengenai lokasi tersebut.

Hasil kerja tim nantinya akan disodorkan kepada kedua pihak yang bertikai sebelum ditetapkan menjadi sebuah kesepakatan bersama yang mengikat kedua belah pihak.

"Proses ini memang membutuhkan waktu tetapi hal yang paling penting dan mendasar adalah hari ini sudah ada kesepakatan bersama untuk meletakkan senjata, sehingga segala aktivitas bisa berjalan kembali dan tim bisa mulai bekerja dalam suasana tenang," katanya.

Sejak meletusnya perang tanding pada 2 Oktober dini hari, sudah banyak rumah penduduk serta pondokan milik warga Desa Lewobunga dibakar massa dari Desa Lewonara.

Dua orang warga Desa Lewonara dilaporkan tewas dalam pertikaian tersebut. Salah seorang di antaranya terkena anak panah, dan seorang lainnya terkena peluru aparat Brigade Mobil (Brimob) yang bertugas menjaga keamanan di lokasi sengketa tersebut.

Hingga saat ini, aparat keamanan baik TNI maupun Brimob masih berjaga-jaga di di perbatasan Desa Lewobunga dan Lewonara, dua desa yang sedang bertikai.