Kemandirian pangan harus didukung peningkatan produksi

id mandiri pangan ntt

Kemandirian pangan harus didukung peningkatan produksi

Penmgamat masalah pertanian dari Undana Kupang Dr Leta Rafael. (ANTARA FOTO/Bernadus Tokan)

"Kalau mau mandiri pangan harus didukung dengan perluasan lahan pertanian dan juga peningkatan produksi. Tanpa itu, target untuk mandiri pangan sulit tercapai," kata Leta Rafael.
Kupang (ANTARA) - Pengamat masalah Pertanian dari Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, Dr. Leta Rafel Levis mengatakan, kemandirian pangan harus didukung dengan peningkatan produksi.

"Kalau mau mandiri pangan harus didukung dengan perluasan lahan pertanian dan juga peningkatan produksi. Tanpa itu, target untuk mandiri pangan sulit tercapai," kata Leta Rafael di Kupang, Jumat (21/6).

Dia mengemukakan hal itu, berkaitan dengan target Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk mandiri pangan pada 2023. Pemerintah Provinsi NTT dalam program 2018-2023 dapat mandiri pangan utama seperti jagung dan beras sebagaimana disampaikan Plt. Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi NTT, Miqdon Abolla.

Leta Rafael menjelaskan, ada komoditi pangan utama di Indonesia yakni padi, jagung, kedelai, ternak sapi dan tebu.

"Dari lima komoditi tersebut kita tidak akan bisa mencapai mandiri pangan, alasannya, pemerintah dan petani yang ada di NTT belum mampu menaikan produksi beberapa pangan pokok seperti beras dan jagung, misalnya produksi jagung rata-rata sampai saat masih berkisar 2,71 ton per ha, terutama jenis jagung lamuru yang banyak diminati petani di NTT.

Padahal secara nasional, produksi jagung lamuru bisa mencapai 7,6 ton per hektare. Di sisi lain, produksi padi juga masih belum sesuai target sebab produksi rata-rata hanya 3,3 ton per ha.

Menurut dia, jika produksi bisa dinaikan menjadi 5 ton per ha saja, maka NTT tidak perlu mendatangkan pangan khususnya beras dari Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan dan Jawa Timur.

Baca juga: NTT mandiri pangan 2020

"Untuk kedelai, kita pasti tidak mampu karena secara nasional target 2,5 ton per ha, tapi di NTT hanya 0.9 ton per ha dengan luas lahan yang sangat kecil," katanya.

Sementara untuk ternak sapi juga belum mampu memenuhi kebutuhan daging bagi masyarakat di  NTT, sedangkan tebu tidak menjadi hitungan bagi pemerintah dan petani sebab tidak memiliki potensi sesuai harapan.

"NTT sebenarnya masih ada potensi pangan lokal sebagai sumber pangan, tetapi semua potensi tanaman lokal tidak direncanakan secara baik oleh Pemerintah NTT," katanya.

"Jadi menurut saya, target tahun 2023 adalah tahun mandiri pangan tidak akan dapat diwujudkan, kecuali ada penambahan luas lahan dan peningkatan produksi dalam skala besar," katanya.

Baca juga: Pengembangan pangan lokal kurang mendapat perhatian pemerintah
Baca juga: Indonesia bisa mengadopsi filosofi AS bangun ketahanan pangan