PIP Penyebab Kekalahan Jonas Salean

id PIP

PIP Penyebab Kekalahan Jonas Salean

Pengamat politik dari Unwira Kupang Narianus Kleden

"PIP yang membuat Jonas Salean terjepit, karena menerapkan aturan yang ketat sehingga membuat banyak anak sekolah tidak mendapat beasiswa tersebut," kata Marianus Kleden.
Kupang (Antara NTT) - Pengamat politik Dr Marianus Kleden mengatakan faktor yang menjadi salah satu penyebab kekalahan petahana Jonas Salean dalam Pilkada Wali Kota Kupang pada 15 Februari 2017 karena persoalan penyaluran dana Program Indonesia Pintar (PIP).

"PIP yang membuat Jonas Salean terjepit, karena menerapkan aturan yang ketat sehingga membuat banyak anak sekolah tidak mendapat beasiswa tersebut," kata Dekan FISIP Universitas Widya Mandira Kupang itu kepada Antara di Kupang, Selasa.

Menurut dia, PIP membuat langkah Jonas Salean jadi terjepit dan akhirnya menjadi tidak populer sehingga membuatnya terkapar dan hanya menikmati satu periode (2012-2017) kekuasaan menjadi Wali Kota Kupang.

Masa jabatannya sebagai Wali Kota Kupang baru akan berakhir pada 1 Agustus 2017 yang langsung disusul dengan pelantikan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Kupang yang baru hasil Pilkada serentak pada 15 Februari 2017.

Pasangan Jefri Riwu Kore-Hermanus Man akan menjadi Wali Kota dan Wakil Wali Kota Kupang periode 2017-2022.

Sementara mantan Bupati Flores Timur Yoseph Lagadoni Herin yang diusung Partai Golkar dan PPP untuk maju kembali dalam Pilkada 15 Februari 2017 di ujung timur Pulau Flores itu, akhirnya menuai kekalahan juga.

Jonas Salean juga mendapat dukungan politik dari partai pengusung seperti Golkar dan PDI Perjuangan, namun gagal juga mempertahankan kekuasaannya.

Menurut Marianus, PIP bagai buah simalaka bagi petahana Jonas Salen, karena dukungan terhadap PIP juga justeru menguntungkan lawan politiknya Jefri Riwu Kore-Hermanus Man.

"Jonas menjadi tidak populer, karena dia membuka kran PIP, namun di sisi lain justru menjadi bonus bagi lawan politiknya Jefri Riwu Kore," ujarnya.

Faktor lain, kata Marianus, adalah Jonas tidak merespon beberapa advokasi yang dilakukan berkaitan dengan kepentingan masyatakat Kota Kupang.

"Jonas tampak terlalu ofensif terhadap Wakil Wali Kota Kupang Hermanus Man yang maju kembali berpasangan dengan Jefry Riwu Kore," ujarnya.

Jefri Riwu Kore bukanlah pemain baru dalam pentas pilkada Kota Kupang, namun sudah tiga kali bertarung, dan baru membuahkan hasilnya pada pertarungan ketiga pada 15 Februari 2017.

Sementara Hermanus Man, merupakan Wakil Wali Kota Kupang petahana periode 2012-2017 dan baru akan mengakhiri masa jabatannya bersama Jonas Salean yang telah berbalik menjadi lawan politinya.

Jonas, kata Marianua, lupa bahwa pemilih asal Manggarai yang merupakan daerah asal Hermanus Man di Kota Kupang jumlahnya sangat besar yang patut diperhitungkan.

Sementara kekalahan Yosep Lagadoni Herin di Flores Timur, karena tidak memanfaatkan masa jabatannya selama lima tahun untuk membangun daerah itu ke arah yang lebih baik.

"Banyak agenda pembangunan yang tidak dikelola secara optimal yang membuat elektabilitasnya turun drastis, sampai-sampai nyaris tidak mendapatkan pintu masuk pada saat itu," ujarnya.

Pengelolaan SKPD yang tidak independen dan tidak profesional serta penuh dengan intervensi, kebutuhan dasar masyarakat yang tidak terpenuhi seperti listrik, air, dan infrastruktur yang mengakibatkan rapor Yosni--demikian panggilan akrab Yoseph Lagadoni Herin--menjadi merah total.

Menurut dia, untuk pemimpin lima tahun ke depan, harus berani independen dan tidak boleh diintervensi oleh tim pemenangan pilkada, apalagi intervensi dari pemerintah pusat dan provinsi yang bertentangan dengan prinsip otonomi daerah.

Di sisi lain, kata dia, pemimpin juga perlu merekrut pimpinan SKPD secara profesional, lelang jabatan dengan skoring dan pembuatan pakta integritas sehingga pemerintahannya berjalan dengan baik, karena dikelola oleh orang-orang profesional di bidangnya.

"Menjadi bupati itu tidak susah koq karena dia (bupati atau wali kota) mempunyai semuanya, SDM, uang, kekuasaan untuk diskresi dan lainnya. Yang terpenting adalah komitmen terhadap kesejahteraan rakyat," demikian Marianus Kleden.