Anies Baswedan di antara dua pilihan politik

id Anies Baswedan

Anies Baswedan di antara dua pilihan politik

Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh (kanan) dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (kiri) memberikan keterangan pers usai melakukan pertemuan di Kantor DPP Partai NasDem, Jakarta, Rabu (24/7/2019). ( ANTARA FOTO/Fauzi Lamboka/wpa/wsj)

Dr Ahmad AtangĀ mengatakan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan akan menghadapi dua pilihan jika memutuskan menerima tawaran PartaiĀ NasDem untuk maju sebagai calon presiden pada Pemilu 2024.
Kupang (ANTARA) - Akademisi dari Universitas Muhammadiyah Kupang Dr Ahmad Atang mengatakan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan akan menghadapi dua pilihan jika memutuskan menerima tawaran Partai NasDem untuk maju sebagai calon presiden pada Pemilu 2024.

"Pilihan pertama adalah melepaskan diri dari kekuatan politik identitas yang mengantarkannya menjadi Gubernur DKI Jakarta mengalahkan Ahok, dan kedua, Anies tetap memelihara basis dukungan politik identitas dengan menarik NasDem masuk ke dalamnya," kata Ahmad Atang kepada ANTARA di Kupang, Jumat (26/7).

Dia mengemukakan hal itu berkaitan dengan kekuatan politik identitas jika Anies Baswedan memilih menjadi calon presiden periode 2024-2029 pada Pemilu lima tahun mendatang.

"Bagi Anies, manuver NasDem telah membuka jalan walaupun secara verbal Anies berargumentasi masih mengurus DKI Jakarta, maka pada 2024 Anies harus memilih antara maju lagi menjadi gubernur atau menjadi capres karena waktunya bersamaan," katanya.

Jika Anies memilih maju menjadi calon presiden, menurut dia, tidak ada pilihan lain harus menerima tawaran NasDem. "Ada beberapa kemungkinan yang terjadi, di antaranya Anies akan melepaskan diri dari kekuatan politik identitas yang mengantarkan menjadi Gubernur DKI mengalahkan Ahok," katanya.

Ia mengatakan pola DKI Jakarta tidak bisa menjadi dasar bagi Anies untuk maju di pilpres mendatang. Belajar dari pilpres yang lalu, kekuatan politik identitas gagal mengantar Prabowo-Sandiaga sebagai pemenang.
Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh (kanan) dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (kiri) memberikan keterangan pers usai melakukan pertemuan di Kantor DPP Partai NasDem, Jakarta, Rabu (24/7/2019). (ANTARA FOTO/Fauzi Lamboka/wpa/wsj)
"Bagi saya, Anies akan menghitung betul jika bertahan dengan basis politik identitas keagamaan, dan pada titik ini Anies akan kehilangan sebagian besar dukungan," katanya.

Kemungkinan yang kedua adalah Aneis tetap memelihara basis dukungan politik identitas dengan menarik Nasdem masuk dalamnya. Walaupun kemungkinan ini kecil, namun dalam politik semua hal bisa saja terjadi. NasDem sebagai pemain utama bagi Anies tetap akan membangun komunikasi koalisi di kalangan sesama partai nasionalis.

NasDem, menurut Ahmad Atang, paham betul bahwa partai Islam seperti PKS tidak bisa sendirian mengusung Anies jika tidak berkoalisi dengan partai lain, apalagi Gerindra saat ini sedang membangun kekuatan dengan PDIP.

"Oleh karena itu, tidak ada pilihan lain bagi Anies kecuali masuk dalam gerbong partai nasionalis dengan risiko akan ditinggalkan oleh pemilih santri," kata Ahmad Atang.