Petani NTT diingatkan tak gegabah menanam

id komoditi ntt, curah hujan ntt

Kupang (Antara NTT) - Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Nusa Tenggara Timur, Yohanes Tay Ruba, mengingatkan petani lahan kering di NTT untuk tidak gegabah menanam karena intensitas hujan yang turun saat ini belum memenuhi kriteria curah hujan.

Kritria bahwa awal musim hujan telah dimulai dilihat dari curah hujan dengan intensitas minimal 50 mili meter hingga 150 mili meter. Yang terjadi saat ini, curah hujan baru sebatas 15 mili meter dan karena itu belum dikategorikan sebagai awal musim hujan," katanya di Kupang, Selasa, terkait dengan hujan sporadis yang mengguyur Kupang dan sekitarnya kemarin.

Dia mengatakan pada musim tanam 2012 ini, pihaknya telah menyiapkan lahan seluas 700 hektare untuk kepentingan penangkaran benih jagung untuk selanjutnya di distribusikan ke petani lain di daerah ini.

"Untuk mewujudkan kemandirian benih, pemerintah provinsi melalui Dinas Pertanian dan Perkebunan NTT telah menyiapkan 700 hektar penangkar benih untuk ditanam pada musim tanam 2012 mendatang," katanya.

Ia mengatakan, 700 hektar lahan yang disiapkan untuk penangkar benih itu, tersebar di semua kabupaten dalam wilayah kepulauan ini.

"Berdasarkan laporan yang diterima, 100 hektarnya sudah dimanfaatkan para petani. Kita terus berupaya agar pada saatnya, semua kebutuhan akan benih disiapkan oleh penangkar lokal," katanya.

Tentang produksi jagung 2012, target produksi tahun ini di atas 650.000 ton. Target ini melebihi produksi tahun 2011 sebanyak 524.638 ton dengan luas lahan yang disiapkan 280.777 hektar dengan luas areal yang dipanen 246.893 hektar.

Sementara rata-rata produtivitas tiap hektar sebesar 2,152 ton. "Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, rata-rata produktivitas tahun 2010 lebih besar yakni 2,6 ton per-hektar," katanya.

"Produktivitas jagung tahun 2011 lebih rendah karena curah hujan berlebihan. Ini yang menyebabkan banyak tanaman jagung mengalami kerusakan dan berdampak pada gagal panen dan rawan pangan," katanya.

Lebih lanjut Ia mengatakan untuk meningkatkan produktivitas jagung, pihaknya mendorong agar memanfaatkan sisa hujan dengan mengoptimalkan air sumur baik sumur dangkal maupun sumur pompa, air irigasi, dan air muara.

Pihaknya juga telah berkoordinasi dengan instansi teknis tingkat kabupaten untuk meningkatkan areal tanam pada musim kering.

"APBD I Provinsi NTT membiayai pengelolaan 600 hektar sebagai pilot project. Enam kabupaten yang dinilai paling menonjol dalam produktivitas jagung yakni Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan (TTS), Timor Tengah Utara (TTU), Belu, Sumba Barat Daya, dan Sumba Timur," katanya.

Ia berharap, produksi jagung ke depan tidak hanya untuk konsumsi tapi bisa dijual. Untuk hal ini, tentunya tidak dijual dalam bentuk pipilan, tapi diolah terlebih dahulu. Sehingga pihaknya akan memberi bantuan alat atau mesin pengolahan jagung yang diprioritaskan di daerah-daerah sentra produksi.

Dia mengatakan hasil peneliti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Timur menyebutkan jagung dan sapi merupakan dua komoditas unggulan petani di pulau Timor-NTT.

"Dua komoditas ini adalah harapan dan sekaligus identitas petani Timor. Petani Timor dengan setia sejak nenek moyang mereka sampai saat ini tidak pernah mereka tinggalkan kedua komoditas ini untuk tidak diusahakan," katanya.

Hanya saja, kedua komoditas ini secara riil dalam perspektif kemeretaaan tidak mampu memberi kepuasan sesuai dengan harapan petani.

"Hampir setiap tahun baik kondisi iklim yang normal maupun tidak normal sudah pasti mengalami kekurangan pangan yang disebabkan oleh ketidakcukupan produksi (dalam hal ini jagung karena sebagai basis utama pangan rumah tangga," katanya.

Begitu juga, ternak sapi yang selama ini menjadi fondasi ekonomi petani, nyatanya beridentitas �semu� dimana ternak sapi yang ada di tangan petani saat ini hampir 80 persen adalah milik pihak ketiga alias petani hanya sebagai buru bagi pemilik modal.