Kemendes PDTT bantu mesin produksi kopi untuk BUMDes Lakmaras

id bumdes kopi

Kemendes PDTT bantu mesin produksi kopi untuk BUMDes Lakmaras

Kepala Desa Lakmaras, Kecamatan Lamaknen Selatan, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur, Yustinus Bere Lelo. (ANTARA FOTO/Benny Jahang)

Desa Lakmaras di kabupaten yang berbatasan dengan negara Timor Leste itu merupakan salah satu dari tujuh desa di Provinsi NTT yang dinilai berhasil mengembangkan BUMDes dalam usaha mengelola produksi kopi Arabika dengan menggunakan dana desa.
Kupang (ANTARA) - Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) menyalurkan bantuan berupa mesin produksi kopi senilai Rp1,7 miliar kepada BUMDes Lakmaras di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur, karena BUMDes tersebut dinilai berhasil mengelola dana desa untuk usaha produksi kopi.

Kepala Desa Lakmaras, Kecamatan Lamaknen Selatan, Kabupaten Belu, Yustinus Bere Lelo kepada wartawan di Kupang, Jumat (25/10) mengatakan bahwa Desa Lakmaras di kabupaten yang berbatasan dengan negara Timor Leste itu merupakan salah satu dari tujuh desa di Provinsi NTT yang dinilai berhasil mengembangkan BUMDes dalam usaha mengelola produksi kopi Arabika dengan menggunakan dana desa.

Ia mengatakan, mesin produksi kopi bantuan pemerintah pusat itu sangat membantu BUMDes Lakmaras mulai dari pengupasan biji kopi, proses pengeringan hingga pengemasan kopi dalam bentuk kemasan.

Baca juga: Pemerintah lindungi kawasan indikasi geografis Kopi Arabika
Baca juga: Minat kopi Arabika Flores Manggarai sangat tinggi


Menurut Yustinus, Desa Lakmaras memiliki 70 hektare lahan kopi yang menjadi sumber bahan baku untuk kebutuhan kopi bagi BUMDes Lakmaras.

Selain itu BUMDes juga mendatangkan kopi dari beberapa desa tetangga yang juga merupakan daerah penghasil kopi Arabika seperti Desa Loon Muna, Luta Rato, Henes, dan Desa Nua Lain.

"Apabila curah hujannya bagus maka hasil kopi dari lahan kopi Desa Lakmaras mencapai 5-10 ton, namun apabila curah hujan terbatas produksinya berkurang sehingga kami mendatangkan kopi dari desa-desa tetangga yang merupakan desa penghasil kopi Arabika," kata Yustinus.

Ia mengatakan, petani kopi dari Desa Lakmaras tidak lagi memasarkan biji kopi Arabika ke Atambua karena harga kopi yang dibeli Bumdes sama dengan harga kopi yang dibeli para pengusaha kopi di Atambua, ibu kota Kabupaten Belu.
Kopi Arabika dalam kemasan hasil produksi BUMDes Lakmaras, Desa Lakmaras, Kecamatan Lamaknen Selatan, Kabupaten Belu yang siap di pasarkan. (ANTARA FOTO/HO-Desa Lakmaras)


Yustinus mengatakan, selain mendapat bantuan mesin produksi kopi, Desa Lakmaras juga mendapat bantuan dua unit motor tiga roda yang digunakan untuk mengangkut kopi milik petani untuk dijual ke BUMDes setempat.

Menurut dia, kopi Arabika produksi BUMDes Lakmaras selain untuk memenuhi kebutuhan kopi di Kabupaten Belu juga telah dipasarkan ke Kota Kupang, Bali, serta Pulau Jawa.

Yustinus menambahkan, pemerintah Desa Lakmaras mewajibkan masyarakat setempat untuk mengonsumsi kopi produksi Bumdes Lakmaras yang memiliki nilai rasa asli dan lebih nikmat dari rasa kopi  yang didatangkan dari Pulau Jawa.

Baca juga: Perhotelan & restoran wajib tonjolkan ciri khas NTT
Baca juga: BUMDes di Flores diharapkan bisa kelola usaha kopi