Elektabilitas Kandidat Bukan Jadi Jaminan

id Kandidat

Elektabilitas Kandidat Bukan Jadi Jaminan

Pengamat politik dari Unwira Kupang Dr Marianus Kleden

"Strategi pemenangan pilkada tidak cukup dengan mengandalkan elektabilitas serta popularitas seorang kandidat," kata Marianus Kleden.
Kupang (Antara NTT) - Pengamat politik dari Universitas Widya Mandira (Unwira) Kupang Dr Marianus Kleden mengatakan elektabilitas serta popularitas seorang kandidat kepala daerah, tidak memberi jaminan bahwa yang bersangkutan akan menang dalam arena politik bernama pemilu kepala daerah (Pilkada).

"Strategi pemenangan pilkada tidak cukup dengan mengandalkan elektabilitas serta popularitas seorang kandidat, karena masih banyak faktor yang menjadi indikator menuju pintu kemenangan," kata dosen Fisipol itu kepada Antara di Kupang, Jumat.

Menurut dia, ada beberapa aspek penting yang menjadi variabel pendukung bagi seorang kandidat untuk meraih kemenangan dalam pesta demokrasi bernama pilkada tersebut, yakni lingkungan sosial.

Lingkungan sosial ini, katanya, harus termanivestasi dalam rekam jejak yang terkadang dilupakan seseorang ketika dalam kesehariannya melakukan interaksi verbal maupun non verbal.

Alumnus Fakultas Filsafat Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Ledalero Flores itu menyebutkan dalam survei yang dilakukan terhadap seorang hanya dalam bentuk sampling dengan margin error yang terukur.

Artinya, survei sebagai alat ukur terhadap elektabilitas dan tingkat popularitas seseorang memang harus diakui sebagai karya profesionalitas dan terlembaga.

Namun, katanya menambahkan, secara person kandidat yang bersangkutan belum tentu populer benar dalam konteks politik pencitraan.

"Umumnya seorang kandidat lebih diketahui publik melalui poster, baliho dan alat iklan kampanye lainnya, bukan lewat karya nyata di tengah masyarakat," katanya.

Dampak paling besar, menurut Kleden, justru berasal dari opini masyarakat yang dilakukan oleh keluarga, tetangga sekitar tempat tinggal atau teman kantor.

"Penggalangan opini ini bahkan bisa lebih kuat dampaknya daripada alat peraga. Dengan demikian, diperlukan komunikasi yang baik dari seorang kandidat kepada masyarakat di lingkungan sosialnya," ujarnya.

Ia menambahkan dialog sosial dan komunikasi langsung kepada masyarakat, dapat dituju pada basis masyarakat yang mengenal betul dengan kandidat.

Dengan demikian, basis data membuat sistem pemenangan menjadi tepat sasaran dan efisien, karena elektabilitas dan popularitas seorang calon pemimpin sudah didapat.

Secara terpisah, Sekretaris DPD PDIP Nusa Tenggara Timur Nelson Matara mengatakan pihaknya masih menunggu hasil survei tim independen terhadap para calon yang tengah menyosialisasikan diri untuk maju dalam arena Pilgub 2018 lewat pintu PDIP.

Ia mengatakan kandidat yang akan dipilih masyarakat menjadi sangat tergantung pada elektabilitas dan popularitas (keterkenalan) yang bersangkutan di masyarakat pemilihnya.

Tingkat popularitas para kandidat itu bisa diukur dengan metode ilmiah yang akurat, yakni survei popularitas bagi para kandidat yang berkeinginan untuk maju dalam sebuah pesta demokrasi.

Hasil survei tersebut, katanya, dapat menjadi masukan amat penting untuk melihat secara riil kekuatan dan kelemahan kandidat sekaligus untuk menghadapi masa kampanye yang akan segera dilakukan.