Enam unit mesin pengolahan kelor di Kufeu

id Kelor

Enam unit mesin pengolahan kelor di Kufeu

Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat saat meninjau lokasi budidaya kelor di Desa Kufeu, Kecamatan Io Kufeu, Kabupaten Malaka. (ANTARA FOTO/HO-Dinas PMD NTT)

"Kami siapkan enam unit, namun baru tiga mesin di antaranya yang disalurkan, karena dari sisi hulunya belum kuat," kata Kepala Bappelitbangda Provinsi NTT, Lecky Frederich Koli..
Kupang (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur menyiapkan enam unit mesin untuk mendukung pengolahan daun kelor yang dilakukan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Kufeu di Kecamatan Io Kufeu, Kabupaten Malaka.

"Kami siapkan enam unit, namun baru tiga mesin di antaranya yang disalurkan, karena dari sisi hulunya belum kuat," kata Kepala Bappelitbangda Provinsi NTT, Lecky Frederich Koli kepada Antara di Kupang, Senin (23/12).

Bantuan mesin ini, kata dia, untuk meningkatkan produksi tepung kelor di Kufeu yang sejauh ini sudah diolah menjadi aneka produk seperti sabun dan pelembab tubuh.

Menurut dia, produk tepung kelor di Kufeu sudah diminati pasar luar negeri terutama Jepang yang meminta pasokan sebesar 40 ton per minggu.

Namun demikian, lanjut dia, kapasitas produksi tepung kelor di daerah itu masih kecil atau hanya bisa menghasilkan 900 kilogram dalam satu bulan.

Baca juga: Rumah pengering kelor di Malaka akan dibangun dengan Dana Desa
Baca juga: Pengembangan kelor di NTT belum selaras


"Karena itu memang masih butuh kerja keras dan konsolidasi bersama untuk bisa menjawab permintaan pasar dari Jepang ini," katanya.

Lecky mengatakan, selain bantuan mesin, pemerintah provinsi juga melakukan konsolidasi pengembangan kelor di Kufeu, di antaranya memperbaiki kualitas produk dan saat ini telah memenuhi syarat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Selain itu, lanjut dia, mendorong masyarakat setempat agar terus mengembangkan luas lahan untuk produksi bahan baku kelor organik.

Dia menjelaskan, untuk mencapai 400 ton tepung kelor dalam seminggu maka dibutuhkan pasokan bahan baku sebanyak 400 ton atau sekitar 60 ton dalam sehari.

"Karena itu pengembangan lahan sangat penting dan kami terus mendorong agar di sisi hulunya berupa produksi bahan baku di sana diperkuat dulu baru bisa menajwab permintaan ekspor," katanya.

Baca juga: Jepang minta 40 ton kelor per minggu dari NTT
Gubernur Nusa Tenggara Timur Viktor Bungtilu Laiskodat (kedua kanan) meninjau produksi tepung kelor yang dilakukan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di Desa Kufeu, Kecamatan Io Kufeu, Kabupaten Malaka. (ANTARA FOTO/HO-Dinas PMD Provinsi NTT)