Kata Analis. perpolitikan Indonesia pada 2020 masih gaduh

id Pengamat

Kata Analis. perpolitikan Indonesia pada 2020 masih gaduh

Pengamat politik Mikhael Raja Muda Bataona. (ANTARA/Bernadus Tokan)

Situasi perpolitikan nasional sepanjang tahun 2020, akan penuh dengan kegaduhan akibat keriuhan dan saling sindir serta saling menyerang. 
Kupang (ANTARA) - Analis politik dari Universitas Katolik Widya Mandira Kupang Mikhael Raja Muda Bataona mengatakan situasi perpolitikan nasional sepanjang tahun 2020, akan penuh dengan kegaduhan akibat keriuhan dan saling sindir serta saling menyerang. 

"Jika dianalisis secara empirik, situasi perpolitikan nasional tahun 2020 masih cenderung panas, karena sentimen politik dalam Pilkada 2020," kata Mikhael Bataona dalam wawancara dengan Antara Kupang, Selasa (7/1), terkait prediksi politik nasional 2020. 

Menurut dia, pada awal tahun 2020, tensi politik akan meningkat karena Pilkada 2020, karena pertarungan dalam politik bisa memberi ekses yang buruk pada stabilitas nasional karena partai-partai akan bertarung di sana, . 

Selain itu, kata Bataona, masalah belum dikeluarkannya izin untuk Front Pembela Islam (FPI), juga menjadi salah satu faktor penyebab kegaduhan dalam sentimen Pilkada 2020.. 

Dia mengatakan, kasus ini akan panjang dan menguras banyak tenaga jika ada momentum, dimana isu tersebut bisa digunakan untuk melakukan protes pada pemerintah. 

"Jadi secara keseluruhan, situasi politik 2020 masih akan panas, meskipun Pilpres sudah berakhir dengan gejolak cebong versus kampret sudah sedikit meredah setelah Prabowo Subianto masuk dalam jajaran Kabinet Jokowi-Ma'ruf Amin sebagai Menteri Pertahanan. 

Peran medsos
Kasus terbaru, di mana banjir besar menerjang Jakarta adalah contohnya bahwa masyarakat Indonesia masih sangat sulit lepas dari sindrom rivalitas Pilpres 2019 dan Pilkada DKI 2017. 

Di media sosial bisa dilihat bahwa tahun 2020 langsung dibuka dengan pertarungan sengit antara mereka yang pro Anis Baswedan dan mereka yang masih merindukan Ahok. 

Rivalitas dengan model air versus minyak dalam politik Indonesia ini akan tetap awet, karena simbol-simbol rivalitas itu masih eksis dalam politik nasional, dan basis-basis kebencian itu masih kuat mengakar pada masyarakat. 

Sehingga dengan adanya media sosial, kegaduhan politik itu makin menjadi-jadi, karena semua orang seolah-olah rindu bertarung dan saling sindir ketimbang berdamai serta harmonis, katanya. 

"Jadi media sosial saya kira masih akan selalu gaduh sepanjang 2020, karena politik nasional akan tetap penuh dengan berbagai macam wujud komunikasi destruktif akibat benih-benih rivalitas lama dalam politik," katanya. 

Sehingga sepanjang tahun 2020 ini politik nasional masih akan penuh kegaduhan akibat keriuhan dan saling sindir dan saling serang di media sosial seperti facebook dan twiter. 

"Jadi menurut saya, variabel external dan variabel sosial politik internal akan sangat mempengaruhi kondisi politik nasional 2020, di mana akar rivalitas lama dan kebencian-kebencian sejak Pilkada DKI Jakarta dan Pilpres akan terus awet sehingga menciptakan pilarisasi dan rivalitas senyap di media sosial," katanya.