Kupang (ANTARA) - Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat mumpuni untuk pengembangan ternak ayam guna memenuhi kebutuhan daging dan telur di wilayah provinsi berbasis kepulauan ini.
Namun, tampaknya tidak ada keberanian dari penduduk setempat untuk melakukan usaha di bidang peternakan ayam, padahal daerah ini masih sangat potensial untuk pengembangan usaha di sektor tersebut.
Kepala Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur Dany Suhandi di Kupang, Rabu (5/2), mengemukakan bahwa daerah itu masih sangat potensial untuk mengembangkan usaha peternakan ayam, untuk memenuhi kebutuhan telur dan daging serta bibit..
"Untuk usaha peternakan ayam masih sangat potensial, karena kebutuhan telur maupun bibit ayam untuk NTT, sebagian besar masih didatangkan dari luar," katanya.
Menurut dia, kebutuhan day old chicken (DOC) atau ayam berumur satu hari untuk seluruh NTT saja, baik untuk Flores, Sumba dan Timor setiap tahunnya mencapai 19,3 juta ekor, sedang kebutuhan telur mencapai 7.500 ton atau sekitar 130 juta butir telur.
Baca juga: Pengembangan industri ternak ayam di NTT masih sulit
"Kalau 1 kilo gram ada 15 sampai 16 butir, maka kita membutuhkan sekitar 130 juta butir per tahun atau sekitar 299 ribu butir telur per hari yang harus kita sediakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat," katanya menjelaskan.
Mengenai produksi lokal, dia mengatakan, saat ini produksi telur lokal hanya bisa memenuhi kurang lebih 70-80 ribu butir.
"Jadi praktis pemasukan telur dari luar untuk memenuhi kebutuhan saja sekitar 199 ribu butir per hari," katanya dan menambahkan pihaknya terus berupaya mendorong pengusaha untuk mengembangkan usaha di wilayah itu.
Baca juga: TPID NTT dorong pengembangan usaha ternak ayam
Usaha peternakan ayam di NTT dinilai sangat potensial
Dany Suhadi. (ANTARA/Bernadus Tokan)
Namun, tampaknya tidak ada keberanian dari penduduk setempat untuk melakukan usaha di bidang peternakan ayam, padahal daerah ini masih sangat potensial untuk pengembangan usaha di sektor tersebut.
