KPU Kota gelar Bincang Demokrasi

id pilkada kupang

KPU Kota gelar Bincang Demokrasi

Peserta "Bincang Demokrasi" foto bersama unsur pimpinan KPU Kota Kupang dan para narasumber dari FISIP Undana di Kupang, Sabtu (22/02/2020). (ANTARA/Bernadus Tokan)

KPU Kota Kupang, Sabtu (22/2), menggelar Bincang Demokrasi untuk mendorong partisipasi aktif pemilih di ibu kota Provinsi NTT dalam setiap momentum pemilu.
Kupang (ANTARA) - Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Kupang, Sabtu (22/2), menggelar Bincang Demokrasi untuk mendorong partisipasi aktif pemilih di ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dalam setiap momentum pemilu.

Sekretaris Jurusan Ilmu Politik FISIP Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang Alfridus Dari mengatakan, demokrasi menuntut kesadaran politik warga negara yang partisipatif.

Ia mengatakan partisipatif ini penting sebab apa yang terjadi dalam proses demokrasi itulah yang menentukan nasib warga negara.

"Sangat disayangkan bila Anda sendiri tidak terlibat dalam proses yang menentukan nasib Anda, seperti Anda menyerahkan masa depan untuk ditentukan dan diputuskan oleh orang lain," kata Alfridus menambahkan.

Pembicara lain, Zunaidin Harun, anggota KPU Kota Kupang Divisi Program dan Data mengatakan, salah satu upaya untuk mendorong partisipatif pemilih yang dilakukan penyelenggara adalah menghasilkan Daftar Pemilih Tetap (DPT).

Baca juga: Kata Ahmad Atang: Pilkada jalur perseorangan kurang menguntungkan
Baca juga: Akademisi sebut parpol kesulitan temukan figur untuk pilkada


Menurut Zunaidin, warga negara yang sudah punya hak pilih sangat diharapkan turut berpartisipasi, dalam penyusunan DPT dengan secara aktif memastikan diri sudah terdaftar dalam Daftar Pemilih Sementara (DPS) yang akan ditetapkan menjadi DPT.

"Kondisi ini penting untuk meminimalisir risiko kekeliruan yang bisa saja terjadi pada saat pemutakhiran data pemilih oleh penyelenggara pemilu di tingkat bawah," katanya dalam acara yang dihadiri puluhan mahasiswa FISIP Undana Kupang itu.

Sedangkan anggota KPU Kota Kupang Wely Hayer menambahkan, ada banyak faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam proses penyelenggaraan pemilu atau pemilihan kepala daerah. Salah satunya ialah fenomena golput yang terjadi di masyarakat ketika ada pemilu/pilkada.

"Ada beberapa latar belakang yang mendorong munculnya fenomena golput. Orang bisa memilih golput karena alasan ideologis, politis, pragmatis atau bisa juga karena apatis terhadap situasi politik yang berkembang," katanya lagi.

Meski demikian, lanjutnya, sebagai penyelenggara pemilu, KPU tetap berkonsentrasi menanamkan kesadaran warga negara untuk menggunakan hak pilihnya dalam pemilu.

Baca juga: Partai Demokrat usung petahana dalam Pilkada Belu
Baca juga: Radja-Radja bertarung melalui jalur perseorangan