Keluarga bantah tolak mahasiswa terindikasi COVID-19 di Lembata

id Covid-19,lembata,isolasi diri

Keluarga bantah tolak mahasiswa terindikasi COVID-19 di Lembata

Ilustrasi - Petugas medis mengambil sampel darah jurnalis saat tes cepat COVID-19 secara Drive-Thru di Halaman Gedung Kementerian Komunikasi dan Informatika, Jakarta, Rabu (8/4/2020). ANTARA FOTO/Galih Pradipta/aww.

Kalau dia sampai di kampung kami tidak akan mengusir yang bersangkutan, kami akan terima sesuai standar protokol kesehatan
Kupang (ANTARA) - Keluarga salah satu mahasiswa yang mudik dari Yogyakarta dan terindikasi terjangkit COVID-19 berdasarkan hasil tes cepat di Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur membantah anak mereka tak diizinkan masuk kampung halamannya di Desa Amakaka.

"Tidak benar itu. Anak kami berinisial P-1 itu saat tiba di kota Lewoleba belum sempat datang ke kampung atau ke Desa Amakaka. Jadi tidak benar bahwa anak kami sendiri kami tolak di kampung kami," kata perwakilan keluarga di Desa Amakaka, Yohanes Wurint, kepada ANTARA dari Lembata, Sabtu (18/4).

Hal itu disampaikan untuk membantah pernyataan Wakil Bupati Lembata Thomas Ola Langoday yang di pemberitaan sebelumnya menyebutkan bahwa mahasiswa yang saat ini sedang dalam masa karantina di Lewoleba itu tak diizinkan masuk kampung oleh warga setempat, bahkan keluarganya sendiri.

Baca juga: Mahasiswa Lembata nekad mudik terindikasi COVID-19

Ia juga mengatakan bahwa mahasiswa P-1 itu tiba di kampung halaman akan langsung diterima oleh warga sekampung namun sesuai dengan protokol kesehatan yang sudah ditetapkan.

"Kalau dia sampai di kampung kami tidak akan mengusir yang bersangkutan, kami akan terima sesuai standar protokol kesehatan dengan melakukan karantina mandiri di desa," katanya.

Ia juga melakukan klarifikasi bahwa mahasiswa tersebut saat pulang dari Yogyakarta, tidak masuk melalui "jalur tikus", namun justru melalui jalur yang umum.

"Anak/adik kami menempuh perjalanan dari Yogyakarta dengan pesawat ke Kupang, selanjutnya menggunakan feri ke Lewoleba tanggal 7 April 2020 dan tiba di Pelabuhan Feri Waijarang pukul 05.00 Wita," kata dia.

Pada Selasa (14/4) diberitakan seorang mahasiswa asal Kabupaten Lembata yang menempuh pendidikan di Yogyakarta dilaporkan terindikasi virus corona nekat melakukan perjalanan dari Yogyakarta melalui "jalur tikus" setelah dia mengetahui salah satu temannya meninggal akibat COVID-19.

"Saat ini mahasiswa itu sedang kami isolasi di ruang isolasi menunggu sampai yang bersangkutan sembuh," kata Wakil Bupati Lembata Thomas Ola Langgodai saat dikonfirmasi ANTARA dari Kupang, Selasa, (14/4).

Mahasiswa tersebut, katanya, diminta untuk mengisolasikan diri di tempat isolasi yang sudah disiapkan pemerintah daerah, apalagi sudah terindikasi terpapar COVID-19 berdasarkan hasil tes cepat.

"Kami tak ingin nantinya kejadian seperti di Kota Kupang, di mana ada yang terlambat diisolasi dan saat dites ternyata positif. Kami tak ingin seperti itu," ujar dia.

Baca juga: Pemerintah Lembata larang berlabuh semua kapal penumpang dari luar