Penyaluran Kredit di NTT Mencapai Rp24,13 Triliun

id kredit

Penyaluran Kredit di NTT Mencapai Rp24,13 Triliun

Petrus Endria Effendi, Analis Ekonomi Bank Indonesia Kantor Perwakilan (KPw) Nusa Tenggara Timur

"Akibatnya, kinerja sistem keuangan di NTT sampai dengan triwulan II-2017 relatif stabil, sejalan dengan kestabilan perekonomian daerah," kata Petrus Endria Effendi.
Kupang (Antara NTT) - Bank Indonesia Kantor Perwakilan (KPw) Nusa Tenggara Timur mencatat penyaluran kredit bank umum di wilayah provinsi berbasis kepulauan ini pada triwulan II-2017 secara keseluruhan mencapai Rp24,13 triliun atau tumbuh sebesar 11,03 persen (yoy).

"Akibatnya, kinerja sistem keuangan di NTT sampai dengan triwulan II-2017 relatif stabil, sejalan dengan kestabilan perekonomian daerah," kata Analis Ekonomi Bank Indonesia Kantor Perwakilan (KPw) Nusa Tenggara Timur Petrus Endria Effendi di Kupang, Rabu.

Ia mengatakan hal itu ketika melakukan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Nusa Tenggara Timur Agustus 2017 yang dilakukan secara terjadwal dalam tahun anggaran berjalan untuk mengetahui kinerja sistem keuangan.

Menurut dia, pertumbuhan penyaluran kredit dari bank umum sebesar 11,03 persen itu tampak melambat jika dibandingkan triwulan I-2017 maupun periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 19,00 persen (yoy) dan 14,93 persen (yoy).

Namun, kata dia, hal tersebut tidak membawa dampak buruk terhadap kinerja sistem keuangan di NTT sampai dengan triwulan II-2017 yang relatif stabil, sejalan dengan kestabilan pertumbuhan perekonomian daerah.

Ia mengatakan perlambatan penyaluran kredit secara umum tersebut sejalan dengan pertumbuhan penyaluran kredit kepada rumah tangga dan UMKM yang juga melambat.

Pertumbuhan kredit rumah tangga tercatat sebesar 6,64 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan I 2017 maupun periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 10,75 persen (yoy) dan 13,45 persen (yoy).

Kondisi perlambatan pertumbuhan kredit rumah tangga dibandingkan triwulan I-2017 sedikit berbeda dengan kondisi konsumsi rumah tangga pada triwulan II 2017 yang tumbuh 5,55 persen (yoy).

Karena. kata dia, dalam kondisi seperti itu malah meningkat dibandingkan triwulan I 2017 sebesar 5,00 persen (yoy).

Hal tersebut mengindikasikan bahwa konsumsi rumah tangga pada triwulan II 2017 lebih banyak didorong oleh adanya peningkatan daya beli seiring pembayaran Tunjangan Hari Raya Idul Fitri dibandingkan dengan biayai dari kredit konsumsi.

Di sisi lain, penyaluran kredit UMKM (pangsa terhadap total kredit sebesar 32,73 persen) di Provinsi NTT tercatat tumbuh sebesar 13,88 persen (yoy).

Namun, kata dia, pertumbuhan tersebut tetap dinilai melambat dibandingkan triwulan I 2017 maupun periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 19,06 persen (yoy) dan 19,23 persen (yoy).

Hal tersebut menjelaskan bahwa kondisi daya beli masyarakat Provinsi NTT masih cukup terjaga dengan kemampuan keuangan yang dimiliki, terutama didorong oleh stimulus tunjangan Hari Raya Idul Fitri.

Terkait risiko kredit bermasalah di Provinsi NTT, menurut dia, sampai triwulan II 2017 masih cukup terkendali, seperti rasio kredit terhadap total penyaluran kredit pada triwulan II 2017 sebesar 2,29 persen.

Jika dilihat, kondisi ini sedikit meningkat dibandingkan triwulan I 2017 (2,04 persen) maupun periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 1,84 persen, namun masih di bawah batas 5 persen.

Effendi mengatakan dengan kondisi sistem keuangan yang masih cukup terkendali, membuat pihak perbankan di daerah ini masih memiliki ruang untuk melakukan ekspansi penyaluran kredit, terutama untuk kredit-kredit yang bersifat produktif sehingga lebih berperan dalam pertumbuhan ekonomi daerah.