BI sebut harga komoditas bawang-cabai di NTT berisiko alami kenaikan

id NTT,BI NTT,Inflasi NTT,kenaikan harga,harga cabai,harga bawang merah

BI sebut harga komoditas bawang-cabai di NTT berisiko alami kenaikan

Ilustrasi - Aktivitas jual beli kebutuhan pokok di Pasar Kasih Naikoten, Kota Kupang, NTT. (ANTARA/Kornelis Kaha)

Risiko kenaikan ini dipengaruhi oleh berakhirnya massa panen dan beralihnya lahan tanam
Kupang (ANTARA) - Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) I Nyoman Ariawan Atamaja mengatakan komoditas bawang merah dan cabai berisiko mengalami kenaikan harga sehingga menjadi salah satu pemicu inflasi di NTT pada triwulan I 2021.

"Risiko kenaikan harga bawang merah dan cabai-cabai ini dipengaruhi oleh berakhirnya massa panen dan beralihnya lahan tanam untuk komoditas padi dan palawija," katanya dalam keterangan yang diterima di Kupang, Sabtu, (13/2).

Ia mengatakan hal itu berkaitan dengan perkiraan kenaikan harga komoditas kebutuhan pokok yang berdampak pada prospek inflasi di NTT pada triwulan I 2021.

Inflasi triwulan I di NTT, kata dia, diperkirakan meningkat dibandingkan proyeksi triwulan sebelumnya yang dipengaruhi ketersediaan pasokan komoditas bahan makanan seperti bawang merah dan cabai yang berisiko mengalami kenaikan harga.

Pihaknya mencatat harga jual komoditas bawang merah di pasar tradisional seperti di Kota Kupang saat ini berkisar dari Rp25.000-Rp30.000 per kilogram. Sedang harga jual cabai rawit, cabai keriting, cabai besar, berkisar antara Rp40.000-Rp50.000 per kilogram.

Ariawan mengatakan harga komoditas tersebut berisiko mengalami kenaikan dari harga pada triwulan I 2021 karena menurunnya pasokan seiring dengan berakhirnya masa panen.

Ia mengatakan selain itu komoditas ikan segar juga diperkirakan mengalami kenaikan harga di tengah berkurangnya produktivitas nelayan di tengah gelombang laut yang tidak kondusif di awal tahun.

Faktor pengaruh lain yang diperkirakan memicu meningkatnya inflasi triwulan I yakni membaiknya permintaan domestik setelah diberlakukannya adaptasi kebiasaan baru di NTT.

Baca juga: Alokasi APBN untuk infrastruktur NTT capai Rp149,8 triliun

"Hal ini tercermin dari meningkatnya mobilitas masyarakat meskipun dalam jumlah yang masih terbatas," katanya.

Baca juga: BI NTT perkirakan inflasi 2021 kembali ke sasaran 3 persen

Selain itu keyakinan konsumen juga membaik dan daya beli terjadi yang didukung oleh stimulus fiskal seiring berlanjutnya kebijakan pemulihan ekonomi nasional  pada 2021.