Industri Pengolahan di NTT Tumbuh 7,42 Persen

id Industri

Industri Pengolahan di NTT Tumbuh 7,42 Persen

Industri Semen Kupang

Sektor industri pengolahan di daerah ini tumbuh 7,42 persen (yoy) atau meningkat dibandingkan triwulan I 2017 maupun periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,90 persen (yoy) dan 7,00 persen (yoy).
Kupang (Antara NTT) - Bank Indonesia Kantor Perwakilan Nusa Tenggara Timur mencatat sektor industri pengolahan di daerah ini tumbuh 7,42 persen (yoy) atau meningkat dibandingkan triwulan I 2017 maupun periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,90 persen (yoy) dan 7,00 persen (yoy).

Data hasil kajian ekonomi dan keuangan regional Nusa Tenggara Timur yang diterima Antara di Kupang, Rabu, menyebutkan peningkatan tersebut diduga karena tingginya permintaan industri pengolahan seperti industri perikanan yang membaik seiring dengan membaiknya cuaca dibanding triwulan I 2017.

Selain disebabkan oleh tingginya permintaan semen seiring peningkatan ekspor semen ke negara tetangga Timor Leste.

Namun demikian, porsi sektor industri pengolahan di Provinsi NTT sendiri belum banyak berkontribusi terhadap total perekonomian atau baru sebesar 1,25 persen dari total PDRB Provinsi NTT.

Hal tersebut juga menjelaskan mengapa Provinsi NTT sampai saat ini masih sangat bergantung dari daerah lain untuk memenuhi kebutuhan konsumsi di dalam daerah, termasuk juga mencerminkan posisi daya saing daerah terhadap daerah lain di Indonesia.

Dalam kajian Bank Indonesia, perlu upaya besar dan berkesinambungan dari pemerintah untuk terus mendorong pengembangan industri pengolahan melalui model industri pengolahan yang memberdayakan masyarakat lokal dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan alam Provinsi NTT sebagaimana pembuatan program kampung tematik untuk pengolahan komoditas oleh pemerintah provinsi.

Pembentukan industri pengolahan, selain penting untuk memenuhi kebutuhan internal daerah dan mengurangi ketergantungan dari daerah lain juga dapat meningkatkan daya saing daerah terhadap daerah lain di Indonesia.

Hasil Focus Group Discussion yang pernah dilakukan antara Bank Indonesia dengan Satuan Kerja Pemerintah Daerah mengenai sumber diversifikasi pertumbuhan ekonomi daerah, disimpulkan bahwa sektor agroindustri, terutama agroindustri lahan kering dapat menjadi salah satu industri utama.

Sektor ini dapat didorong mengingat ketersediaan lahan yang masih begitu besar dan karakter cuaca yang sangat menunjang untuk tanaman lahan kering.

Bank Indonesia juga mengingatkan, beberapa investasi yang sudah masuk seperti industri gula, garam, tembakau, kakao, serat rami, kopi dan rumput laut sekiranya dapat terus didukung dan dikembangkan agar industrialisasi pertanian di NTT dapat berjalan. 

 Menurut cacatan Bank Indonesia, beberapa inisiatif yang telah dilakukan oleh pemerintah pengembangan klaster rumput laut di lima lokasi yakni Kabupaten Kupang, Sumba Timur, Sabu Raijua, Lembata dan Sikka pembangunan pabrik pengolahan rumput laut menjadi chips di Kabupaten Sumba Timur dan Kupang.

Pengembangan produksi garam di TTU seluas 5.500 ha dengan mekanisasi dari PT Garam bekerja sama dengan PT Tamaris perlu terus didukung dan didorong dalam rangka memunculkan komoditas unggulan di Provinsi NTT menuju industrialisasi komoditas tersebut untuk memenuhi kebutuhan internal dan nasional.

Selain itu, rencana groundbreaking pembangunan pabrik gula di Sumba Timur pada triwulan III 2017 juga perlu terus didukung oleh semua pihak di Provinsi NTT, mengingat potensi produksi yang besar saat berproduksi, diperkirakan sekitar 10 persen dari total impor gula nasional.