Aktivitas Pembayaran di NTT Tumbuh 43,42 Persen

id Ekonomi

Aktivitas Pembayaran di NTT Tumbuh 43,42 Persen

Petrus Endria Efendi

Aktivitas sistem pembayaran di NTT mengalami pertumbuhan sekitar 43,42 persen pada triwulan II-2017.
Kupang (Antara NTT) - Analis Ekonomi Bank Indonesia Kantor Perwakilan Nusa Tenggara Timur Petrus Endria Efendi mengatakan aktivitas sistem pembayaran di daerah ini mengalami pertumbuhan sekitar 43,42 persen pada triwulan II-2017.

"Pesatnya pertumbuhan itu terlihat dari net-outflow (uang yang beredar lebih banyak dari uang yang disetor) di NTT sebesar Rp1.356,41 miliar atau tumbuh 43,42 persen (yoy) dibanding triwulan II-2016 yang menunjukkan adanya peningkatan aktivitas ekonomi masyarakat," katanya di Kupang, Rabu.

Ia mengatakan hal itu ketika melakukan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Nusa Tenggara Timur selama Agustus 2017 yang dilakukan secara terjadwal dalam tahun anggaran berjalan untuk mengetahui kinerja sistem keuangan.

Dia mengatakan peningkatan kegiatan pembayaran tersebut terutama disebabkan oleh adanya pembayaran gaji ke-14, 13 dan THR yang membuat perbankan menambah penyediaan dana tunai untuk mengantisipasi tingginya penarikan nasabah.

Selain itu, katanya, adanya tahun ajaran baru, hari raya Idul Fitri, maupun libur sekolah juga meningkatkan konsumsi rumah tangga dan pemerintah dibanding triwulan sebelumnya ataupun pengeluaran pendidikan oleh rumah tangga.

"Tingginya aktivitas ekonomi tersebut terlihat dari besarnya peningkatan penarikan (outflow) hingga 30,95 persen (yoy) yang disebabkan oleh tingginya penarikan uang oleh nasabah maupun peningkatan setoran/inflow sebesar 14,97 persen (yoy) yang disebabkan oleh adanya penyetoran kembali nasabah dalam bentuk simpanan di bank," katanya.

Di sisi lain, kata dia, jumlah Uang Tidak Layak Edar (UTLE) yang disetorkan oleh perbankan di NTT masih mengalami penurunan 65,43 persen (yoy), lebih rendah dari Triwulan I 2017 yang juga mengalami penurunan sebesar 72,40 persen (yoy).

Penurunan setoran kemungkinan besar disebabkan oleh kualitas uang beredar yang mengalami peningkatan, sehingga setoran UTLE mengalami penurunan. Sementara itu, uang palsu (UPAL) yang ditemukan pada Triwulan II 2017 juga mengalami penurunan dari 403 lembar pada Triwulan I 2017 menjadi 16 lembar.

Temuan UPAL yang beredar hingga saat ini masih didominasi pecahan Rp100.000,- dan Rp50.000,-. Seiring dengan penurunan transaksi Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) secara Nasional.

Transaksi Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia di NTT juga ikut menurun. Volume kliring di NTT pada triwulan II 2017 mengalami penurunan sebesar 8,52 persen (yoy), dan nominal menurun sebesar 30,63 persen (yoy). "Peralihan moda transfer diduga menjadi penyebab utama penurunan transaksi kliring secara nasional," katanya.