Inflasi NTT Triwulan III Diperkirakan Menurun

id Inflasi

Inflasi NTT Triwulan III Diperkirakan Menurun

Bank Indonesia Kantor Perwakilan NTT memperkirakan tekanan inflasi di daerah ini pada triwulan III/2017 menurun seiring dengan tidak adanya event khusus yang mempengaruhi lonjakan permintaan. (Foto ANTARA/Kornelis Kaha)

Bank Indonesia Kantor Perwakilan Nusa Tenggara Timur memperkirakan tekanan inflasi di daerah ini pada triwulan III/2017 menurun seiring dengan tidak adanya event khusus yang mempengaruhi lonjakan permintaan.
Kupang (Antara NTT) - Bank Indonesia Kantor Perwakilan Nusa Tenggara Timur memperkirakan tekanan inflasi di daerah ini pada triwulan III/2017 menurun seiring dengan tidak adanya event khusus yang mempengaruhi lonjakan permintaan.

"Namun demikian, rendahnya inflasi pada periode yang sama 2016 akan membuat inflasi secara tahunan meningkat dibanding triwulan II/2017," demikian hasil kajian ekonomi dan keuangan regional Provinsi Nusa Tenggara Timur yang diterima Antara di Kupang, Sabtu.

Menurut Bank Indonesia, kondisi cuaca yang kondusif diperkirakan masih akan menahan harga bahan makanan tetap rendah, seiring dengan produksi bahan makanan yang diperkirakan mencukupi.

Permintaan diperkirakan juga akan relatif normal seiring dengan tidak adanya even khusus yang berpotensi meningkatkan permintaan.

Di samping itu, adanya hari raya Idul Adha dan tahun baru Islam diperkirakan tidak akan terlalu berdampak dikarenakan mayoritas penduduk NTT beragama non muslim.

Data BMKG juga menunjukkan bahwa musim kering penuh baru akan terjadi di Pulau Timor dan Sumba serta Flores bagian timur pada September 2017.

Pada Agustus, menurut analisa Bank Indonesia, masih terdapat hujan di beberapa daerah walaupun tergolong rendah.

Secara bulanan, pada Juli 2017, Provinsi NTT mengalami deflasi 0,16 persen (mtm). Kondisi ini terutama disebabkan oleh kembali turunnya tarif angkutan udara setelah hari raya Idul Fitri.

Inflasi justru terjadi pada komoditas bahan makanan yang naik 1,35 persen (mtm) setelah 4 bulan sebelumnya cenderung deflasi.

Inflasi bahan makanan tersebut disebabkan oleh meningkatnya harga ikan segar di pasar, dikarenakan banyak nelayan tidak melaut karena adanya cuaca yang buruk.

Hal ini menyebabkan pasokan ikan segar mengalami penurunan dan berdampak pada kenaikan harga.

Kenaikan tinggi juga terjadi pada komoditas cabai rawit yang meningkat hingga 74,16 persen (mtm) ataupun komoditas daging ayam ras yang masih meningkat 11,26 persen (mtm).