Indikator Kesejahteraan di NTT Meningkat

id Indikator

Indikator Kesejahteraan di NTT Meningkat

Bank Indonesia

BI Kantor Perwakilan Nusa Tenggara Timur menilai indikator ketenagakerjaan dan kesejahteraan di Nusa Tenggara Timur mengalami peningkatan yang terlihat dari penurunan persentase penduduk miskin.
Kupang  (Antara NTT) - Bank Indonesia Kantor Perwakilan Nusa Tenggara Timur menilai indikator ketenagakerjaan dan kesejahteraan di Nusa Tenggara Timur mengalami peningkatan yang terlihat dari penurunan persentase penduduk miskin.

Hasil kajian ekonomi dan keuangan regional Bank Indonesia terhadap Provinsi Nusa Tenggara Timur yang disampaikan kepada Antara di Kupang, Sabtu, menyebutkan persentase penduduk miskin per Maret 2017 mencapai 21,85 persen dari total penduduk NTT.

Namun, situasi ini dinilai sedikit lebih baik dibandingkan bulan Maret 2016 dan Maret 2015 di mana persentase angka kemiskinan masing-masing adalah 22,19 persen dan 22,61 persen.

Indikator lainnya adalah kenaikan Nilai Tukar Petani (NTP), penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), serta kenaikan nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

Dalam laporannya, BI juga menyebutkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) per Februari 2017 mengalami penurunan menjadi 3,21 persen dibandingkan bulan Februari 2016 sebesar 3,59 persen.

NTP pada triwulan II 2017 mengalami peningkatan menjadi 101,20 dibandingkan triwulan I 2017 sebesar 100,84, sedang IPM tahun 2016 sekitar 63,13 di mana nilai tersebut mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2015 yang memiliki nilai 62,67.

Sementara Indeks Kebahagiaan di NTT menunjukkan nilai 68,98, meskipun nilai tersebut di bawah nasional (70,69).

Dimensi penyusun Indeks Kebahagiaan Provinsi NTT dinilai berdasarkan dimensi kepuasan hidup dengan subdimensi sosial memiliki nilai di atas nasional yakni 76,75.

Hasil kajian BI juga menunjukkan, jumlah penduduk miskin di Provinsi NTT per Maret 2017 adalah 1,15 juta jiwa atau 21,85 persen dari total penduduk di Provinsi NTT, lebih tinggi dari persentase kemiskinan nasional yaitu 10,64 persen.

Provinsi NTT menempati posisi ketiga terbawah nasional persentase angka kemiskinan dan hanya berada di atas Papua Barat (25,1 persen) dan Papua (27,62 persen).

Pencapaian tersebut sedikit lebih baik dibandingkan bulan Maret 2016 dan Maret 2015 di mana persentase angka kemiskinan masing-masing adalah 22,19 persen dan 22,61 persen.

Komposisi penduduk miskin di Provinsi NTT per Maret 2017 terdiri dari 89,80 persen penduduk di pedesaan dan 10,20 persen penduduk di perkotaan.

Jumlah penduduk miskin di perkotaan mengalami kenaikan 4,8 persen atau menjadi 117,4 ribu jiwa dibandingkan Maret 2016. Peningkatan ini diperkirakan disebabkan oleh urbanisasi penduduk pedesaan tidak didukung dengan ketersediaan lapangan kerja di perkotaan.

Sementara itu, penduduk miskin di pedesaan mengalami penurunan yang tidak signifikan sebesar 0,43 persen atau menjadi 1,033,39 ribu jiwa dibandingkan Maret 2016. Selain efek urbanisasi, penurunan juga diperkirakan didorong oleh panen pertanian di pedesaan.

Peran makanan
Menurut BI, peran makanan terhadap garis kemiskinan lebih besar dibandingkan non makanan pada Maret 2017 yakni 79,37 persen.

Komponen makanan dan non makanan pada Maret 2017 mengalami peningkatan dibandingkan Maret 2016 masing-masing sebesar 6,36 persen dan 6,23 persen.

Di sisi lain, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Provinsi NTT pada Maret 2017 tercatat sebesar 4,34. Pencapaian tersebut lebih kecil dibandingkan Maret 2016 yang tercatat sebesar 4,69.

Sementara itu, Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Provinsi NTT pada Maret 2017 tercatat sebesar 1,17. Pencapaian tersebut lebih kecil dibandingkan Maret 2016 yang tercatat sebesar 1,29.

Penurunan kedua indeks tersebut dibandingkan Maret 2016 mengindikasikan bahwa pengeluaran penduduk miskin cenderung mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin semakin menyempit.