Tiga Masalah Fundamental Masih Menimpa NTT

id Masalah

Tiga Masalah Fundamental Masih Menimpa NTT

James Adam

Nusa Tenggara Timur masih dililit tiga masalah fundamental untuk keluar dan sejajar dengan daerah lain di Tanah Air.
Kupang (Antara NTT) - Pengamat ekonom Dr James Adam, MBA, mengatakan Nusa Tenggara Timur masih dililit tiga masalah fundamental untuk keluar dan sejajar dengan daerah lain di Tanah Air.

"Ketiga masalah fundamental itu adalah kemiskinan, pengangguran dan ketimpangan yang saat ini pula menjadi perhatian pemerintah pusat secara menyeluruh," katanya di Kupang, Selasa.

Anggota IFAD (International Fund for Agricultural Development) untuk program pemberdayaan masyarakat pesisir Nusa Tenggara Timur (NTT) mengatakan hal itu terkait komitmen pemerintahan Presiden Jokowi Widodo mengoptimalkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 untuk kesejahteraan rakyat.

Dari struktur/urutan tingkat kemiskinan nasional, kata dia, NTT dari tahun ke tahun masih tetap menempati peringkat ketiga nasional dari bawah dari 34 provinsi di Indonesia.

Meskipun juga dari waktu ke waktu seperti pada Agustus 2017 angka kemiskinan di provinsi dengan jumlah penduduk 5.203.514 itu terus terkoreksi menurun.

Ia menjelaskan, jumlah penduduk miskin di provinsi itu pada kondisi Maret 2016 sebesar 22,19 persen, menurun pada September 2016 sebesar 22,01 persen dan Maret 2017 pada angka 21,85 persen.

Sementara BPS NTT pada seminar menjelang Hari Statistik Nasional (September 2017) di Kupang merilis sekitar 1.150,79 ribu dari total jumlah penduduk NTT saat ini tercatat sebagai penduduk miskin atau meningkat sekitar 710 orang dibanding dengan penduduk miskin pada September 2016 sebanyak 1.150,08 ribu orang.

Meskipun presentasi penduduk miskin di NTT itu mengalami penurunan sebesar 1,18 poin dari 2010 hingga Maret 2017.

"Perubahan garis kemiskinan dari September 2016 ke Maret 2017 adalah 5,01 persen dengan garis kemiskinan makanan -272.537 rupiah per kapita per bulan dan garis kemiskinan bukan makan -70.859 rupiah per kapita per bulan," katanya.

Pemerintah, katanya, terus berupaya untuk mengurangi jumlah penduduk miskin dari waktu ke waktu dengan berbagai dukungan program pembangunan dari pusat maupun daerah.

Demikian pula pengangguran masih menjadi momok yang menakutkan di daerah ini karena jumlah angkatan kerja terus bertambah, sementara lapangan kerja masih tetap terbatas di NTT.

Badan Pusat Statistik (BPS) Nusa Tenggara Timur mencatat pada Februari 2017, jumlah angkatan kerja sebesar 2,50 juta orang naik sebanyak 57,7 ribu orang dibandingkan Februari 2016.

"Jumlah penduduk bekerja meningkat sebanyak 65,2 ribu orang, sementara lapangan kerja di sektor swasta dan pemerintah stagnan atau tidak berbanding lurus dengan tenaga kerja," katanya.

Sedangkan tingkat pengangguran terbuka di daerah setempat hingga Februari 2017 didominasi tamatan perguruan tinggi dengan angka 9,62 persen dari total 2,50 juta orang angkatan kerja.

"Tamatan universitas/perguruan tinggi menempati posisi tertinggi (9,62 persen) hingga Februari 2017 dengan total angkatan kerja di daerah setempat terdapat 2,50 juta orang," katanya.

Pada tempat kedua pengangguran terbuka di NTT ditempati tamatan diploma I/II/III sebesar (6,40 persen).

Sementara tingkat pengangguran terbuka terendah terdapat pada tingkat pendidikan Sekolah Dasar ke bawah, yaitu sebesar 1,73 persen.