Warga Ile Ape Mulai Mengungsi

id Ungsi

Warga Ile Ape Mulai Mengungsi

Warga Ile Ape di Kecamatan Ile Ape, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur, Rabu (11/10), mulai dievakuasi ke Kantor Camat Ile Ape akibat meningkatnya status Gunung Api (Ile Ape) Lewotolok yang memicu terjadinya gempa. (Foto ANTARA/Kornelis Kaha)

Warga Kecamatan Ile Ape di Kabupaten Lembata mulai mengungsi untuk mengamankan diri dari dampak gempa yang terjadi sejak Minggu (8 /10), akibat meningkatnya aktivitas Gunung (Ile) Ape Lewotolok.
Kupang (Antara NTT) - Warga Kecamatan Ile Ape di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur mulai mengungsi untuk mengamankan diri dari dampak gempa yang terjadi sejak Minggu (8 /10), akibat meningkatnya aktivitas Gunung (Ile) Ape Lewotolok.

"Hingga tadi malam pemerintah sudah membantu mengevakuasi warga yang berada di sekitaran Ile Ape Lewotolok menyusul guncangan gempa bawah laut yang merusak sejumlah rumah penduduk," kata Wakil Bupati Lembata Thomas Ola Langoday dari Lewoleba, ibu kota Kabupaten Lembata, Rabu.

Dia mengatakan hal itu menjawab aksi pemerintah setempat dalam upaya membantu masyarakat dari guncangan gempa tektonik akibat meningkatnya status Gunung Api (Ile Ape) Lewotolok dari level I (normal) ke level II (waspada).

Menurut Thomas, saat ini para warga yang dievakuasi ada sebagian ditempatkan di Kantor Camat Ile Ape dan sebagian ditempatkan di bekas rumah jabatan Bupati Lembata di Lewoleba. "Ada juga warga yang tinggal di rumah keluarga yang dinilai aman," katanya.

Ia menjelaskan warga yang mengungsi ke Kantor Camat Ile Ape tercatat sebanyak 224 orang dan yang berada di bekas Rumah Jabatan Bupati Lembata berjumlah 316 orang.

Thomas mengatakan pemerintah juga memberikan bantuan makanan dan obat-obatan kepada para pengungsi di dua lokasi tersebut, sebagai langkah tanggap darurat terhadap korban gempa.

"Stok obat-obatan masih cukup tersedia termasuk para medis dan dokter yang selalu disiagakan di lokasi pengungsian. Kemarin ada beberapa anak yang sakit karena kondisinya lemah dan sudah ditangani tim medis dan dokter di rumah sakit terdekat," katanya.

Ia menambahkan stok beras yang ada di Dinas Sosial Lembata masih tersedia untuk membantu para korban gempa. "Kalau stok sudah menipis, kami akan segera mengajukan bantuan kepada pemerintah provinsi dan pusat," ujarnya.

Status Gunung Ile Lewotolok atau warga setempat menyebutnya Ile Ape, terus meningkat sehingga memicu terjadinya gempa tektonik. Akibat guncangan tersebut, ikut merusakkan sekitar 40 rumah penduduk, yang terdiri dari 11 rumah rusak berat dan 29 lainnya mengalami rusak ringan. 

Ia mengatakan masyarakat Ile Ape juga mengalami guncangan jiwa, ketakutan dan gangguan psikologis lain akibat gempa tersebut, apalagi para lansia dan anak-anak. "Mereka mengalami ketakutan yang maha dahsyat," kata mantan Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Widya Mandira Kupang itu.

Material tutup jalan
Langoday menambahkan material longsoran dari Gunung Ile Ape Lewotolok mulai menutup sejumlah ruas jalan di wilayah tersebut. "Bebatuan berserakan dimana-mana akibat meningkatnya aktivitas gunung api tersebut yang memicu terjadinya gempa," ujarnya.

Ia mengatakan salah satu ruas jalan yang tertimbun material longsoran adalah lintasan jalan dari Desa Lamagute menuju Waimatan sepanjang sekitar dua kilometer. 

"Meskipun ruas jalan tersebut bukan satu-satunya akses evakuasi, tetapi ikut mengganggu proses evakuasi bagi warga yang bermukim di lereng gunung tersebut," kata putra Ile Ape itu.

Peralatan berat yang disiapkan untuk membersihkan material yang ada, juga mengalami kesulitan karena di bagian lereng jalan tersebut adalah pemukiman penduduk, sedang bagian atasnya adalah tebing yang curam.

"Sejak semalam sudah kami ingatkan warga untuk segera mencari jalan lain agar kendaraan yang akan menjemput bisa menjangkau selanjutnya untuk dievakuasi," katanya.

Sisir lereng gunung
Sampai sejauh ini, Pemerintah Kabupaten Lembata masih terus melakukan penyisiran terhadap warga di sejumlah desa yang berada di seputaran lereng Gunung Ile Lewotolok untuk dievakuasi.

"Sejumlah kendaraan sudah kami terjunkan untuk melakukan penyisisran di sekitar lereng gunung tersebut. Memang, masih ada sejumlah warga yang tetap bertahan di rumah masing-masing, namun kami punya tanggungjawab moril untuk menyelamatkan mereka," katanya.

Hingga Selasa (10/10) malam, pemerintah sudah membantu mengevakuasi warga yang berada di sekitar Gunung Ile Lewotolok ke tempat aman di Kantor Camat Ile Ape serta bekas rumah jabatan Bupati Lembata di Kota Lewoleba.

Ia mengatakan kerja sama dan komunikasi juga dilakukan dengan Pemerintah Kabupaten Flores Timur sebagai wilayah kabupaten tetangga, untuk sejumlah bantuan yang bisa diberikan kepada para korban bencana. 

Tidak meletus
Sementara itu, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BPBD) Sutopo Purwo Nugroho menyatakan Gunung Ile Ape Lewotolok di Kabupaten Lembata tidak meletus.

"Banyak berita palsu atau hoax yang menyebar saat ini yang memberitakan bahwa gunung Ile Lewotolok Meletus, padahal itu tidak benar," katanya dalam siaran pers yang diterima Antara di Kupang, Rabu.

Ia mengatakan memang sejak Selasa (10/10) sempat terjadi gempa empat kali berturut-turut dengan kekuatan 3,9-4,9 Skala Richter (SR), dengan pusat gempa terjadi di sekitaran gunung Ile Ape Lewotolok. 

Namun hingga Rabu pagi status gunung berapi tersebut tetap dalam status waspada atau level 2 dan tidak ada peningkatan aktivitas vulkanik dan tidak ada letusan.

"Status waspada gunung itu sudah ditetapkan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) sejak Sabtu (7/10) lalu pukul 20.00 WITA," ujarnya.

Ia juga mengatakan bahwa terkait dengan bencana gempa bumi di Lembata pihak BNPB sendiri sudah mendapatkan informasi dari BMKG. 

BMKG sendiri sejak Selasa (10/10) hingga saat ini mencatat lima kali gempa dengan guncangan gempa yang dirasakan cukup kuat karena berpusat di darat ada kedalaman 10 - 30 kilometer telah menyebabkan masyarakat panik.

Gempa dirasakan kuat di Desa Lamabute, Desa Napasabok, Desa Lamawolo, dan Desa Waimatan, Kecamatan Ile Ape Timur, Kabupaten Lembata, pada Selasa (10/10) dini hari hingga sore.

Tidak ada korban jiwa dari gempa tersebut. Sebanyak 723 jiwa mengungsi ke beberapa tempat di Kecamatan Ile Ape. 

Pengungsi berasal dari Desa Waimatan sebanyak 160 orang mengungsi di Kantor Camat, dari Desa Lamawolo sebanyak 60 orang mengungsi ke Lewoleba, dan dari Desa Napasabok dan Desa Lamabute sebanyak 503 orang mengungsi di Kantor Camat Ile Ape dan Pustu Waipukang.

"Data sementara yang kami dapat terdapat lima rumah rusak karena tertimpa batuan dari lereng gunung dan akibat guncangan gempa. BPBD masih melakukan pendataan bersama sejumlah instansi terkait untuk proses evakuasi lanjutan," katanya.

BPBD Lembata juga membangun tempat penampungan sementara dan memberikan bantuan untuk pemenuhan kebutuhan dasar.

Kepala BNPB Willem Rampangilei telah memerintahkan Tim Reaksi Cepat BNPB melakukan pendampingan kepada BPBD. Bantuan logistik dari BPBD Provinsi NTT dan BPBD sekitar Kabupaten Lembata dapat dikirimkan untuk membantu pengungsi.

Masyarakat diimbau untuk tetap tenang. Pemantauan aktivitas Gunung Ile Ape Lewotolok dilakukan secara terus menerus dari Pos PGA di Desa Laranwutun, Kecamatan Ili Ape. 

Rekomendasi PVMBG, masyarakat di sekitar Gunung Ile Ape Lewotolok dan pengunjung/pendaki/wisatawan agar tidak berada, tidak melakukan pendakian, dan tidak beraktivitas dalam zona perkiraan bahaya di dalam area kawah Gunung Ili Lewotolok dan di seluruh area dalam radius 2 km dari puncak/pusat aktivitas Gunung Ili Lewotolok.

"Seluruh pihak agar menjaga ketenangan suasana di Pulau Lembata, tidak menyebarkan berita bohong (hoax) dan tidak terpancing isu-isu tentang erupsi Gunung Ile Ape Lewotolok yang tidak jelas sumbernya," ujarnya.

Untuk diketahui Gunung Ile Ape Lewotolok yang terletak di Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur mempunyai ketinggian 1423 meter di atas permukaan laut. Gunung tersebut pernah meletus pada tahun 1660, 1819, 1849, 1852, 1821, 1864, 1889, dan 1920.