Warga Desa Lamagute dan Waimatan Direlokasi

id relokasi

Warga Desa Lamagute dan Waimatan Direlokasi

Rumah penduduk yang terletak di lerang Gurung Api Lewotolok menjadi sasaran muntahan bebatuan jika terjadi guncangan gempa. Sampai sejauh ini, sudah tercatat 40 rumah penduduk yang hancur akibat tertimpa bebatuan dari gunung api tersebut. (Foto ANTAR

"Dalam sepekan terakhir ini, gempa terus mengguncang Lembata sehingga kedua desa itu menjadi sasaran muntahan material bebatuan, karena terletak di lereng gunung api tersebut," kata Thomas Ola Langoday.
Kupang (Antara NTT) - Pemerintah Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur segera merelokasi warga Desa Lamagute dan Waimatan,  karena menjadi sasaran serangan material bebatuan dari Gunung Api (Ile Ape) Lewotolok jika terjadi guncangan gempa.

"Dalam sepekan terakhir ini, gempa terus mengguncang Lembata sehingga kedua desa itu menjadi sasaran muntahan material bebatuan, karena terletak di lereng gunung api tersebut," kata Wakil Bupati Lembata Thomas Ola Langoday ketika menghubungi Antara dari Lewoleba, ibu kota Kabupaten Lembata, Kamis.

Atas dasar kemanusiaan, kata Langoday, pemerintah memandang penting untuk mengevakuasi mereka ke tempat yang lebih aman. Namun, tampaknya tidak gampang untuk merelokasi ke dua warga desa tersebut, karena sebagian warga tidak mau meninggalkan kampung halamannya.

Aktivitas Gunung Api (Ile Ape) Lewotolok terus meningkat sehingga statusnya dinaikkan ke level II atau Siaga, karena dalam sepekan terakhir ini, gempa berskala kecil masih terus terjadi yang mengakibatkan puluhan rumah penduduk retak dan hancur tertimpa muntahan bebatuan dari Gunung Api Lewotolok.

Menurut Langoday, warga yang menghuni Desa Lamagute tercatat sekitar 100 kepala keluarga (KK), sementara Desa Waimatan juga tercatat sekitar 100 KK. "Jumlah warga di kedua desa itu cukup banyak sehingga perlu dilakukan upaya penyelamatan permanen," katanya..

Sehubungan dengan itu, kata mantan Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Widya Mandira (Unwira) Kupang itu, pemerintah setempat telah menyiapkan lokasi di Lebatukan dan Nagamedi di Lewoleba sebagai tempat relokasi.

"Namun, sebagian warga kedua desa itu menolak direlokasi, dan tidak mau meninggalkan kampung halamannya," katanya dan menambahkan sebagian besar warga di sekitar Gunung Api Lewotolok sudah dievakuasi ke bekas rumah jabatan Bupati Lembata di Lewoleba dan Kantor Camat Ile Ape.

Warga yang memilih mengungsi ke bekas rumah jabatan Bupati Lembata di Lewoleba tercatat sekitar 316 jiwa, sedang yang memilih mengungsi sementara di Kantor Camat Ile Ape sekitar 224 jiwa.

Posko bantuan
Langoday mengatakan pemerintahannya juga membuka posko bantuan untuk disalurkan kepada para pegungsi korban bencana gempa bumi yang terjadi sejak Selasa (10/10).

"Kami buka posko bantuan, jadi kalau ada saudara-saudari kita yang mau mengirimkan bantuan kami siapkan nomor rekeningnya di Bank NTT 010.02.02.013473-0 serta hubungan personal melalui Bendahara BPBD Lembata Edison Witak," katanya.

Langoday menambahkan pihaknya juga membuka posko untuk menerima bantuan material seperti pakaian layak pakai serta makanan dan mie instan bagi korban gempa di Lembata.

Sampai sejauh ini, sudah tercatat 40 bangunan rumah warga yang mengalami kerusakan akibat gempa sejak Selasa (10/10), yang terdiri dari 11 rumah rusak berat dan 29 rumah lainnya mengalami rusak ringan, dan jalur jalan sepanjang 2,3 km juga tertutup material bebatuan.

Stok obat
Sementara stok obat-obatan untuk membantu pelayanan kesehatan bagi warga korban gempa, menurut Langoday masih mencukupi.

"Obat-obatan saat ini masih sangat tersedia dan petugas medis yang dipimpin langsung Direktur RSUD Lewoleba pun sudah melakukan pemeriksaan kesehatan berpola screanning terhadap korban gempa yang bermukim di bekas rumah jabatan Bupati Lembata di Lewoleba," katanya.

Ia menambahkan petugas analis juga dilibatkan untuk melakukan pemeriksaan darah, demikian pula dengan petugas farmasi dan apoteker agar para pengungsi yang sakit bisa langsung diberi obat berdasarkan rekomendasi dari hasil screanning.

Ia mengatakan dampak gempa tidak hanya membawa kerugian material, namun lebih dari itu membawa dampak psikologis yang hebat bagi anak-anak, kaum perempuan dan lanjut usia yang perlu ditangani secara khusus.