Pemkab Lembata Butuh Rp300 Miliar Relokasi Warga

id Dana

Pemkab Lembata Butuh Rp300 Miliar Relokasi Warga

Seorang pengendara sepeda motor nekat melintas di jalan yang penuh dengan material bebatuan setelah gempa mengguncang Pulau Lembata, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur pada Rabu (11/10). (Foto ANTARA/Bernadus Tokan)

"Pemerintah memiliki rencana untuk merelokasi warga di dua desa tersebut ke tempat yang jauh lebih awam, karena rentan terhadap longsoran," kata Karel Kia Burin.
Kupang (Antara NTT) - Pemerintah Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur membutuhkan dana sekitar Rp300 miliar untuk merelokasi warga Desa Lamagate dan Waipukan di Kecamatan Ile Ape yang menjadi sasaran longsoran karena berada di lereng Gunung Api (Ile Ape) Lewotolok.

"Pemerintah memiliki rencana untuk merelokasi warga di dua desa tersebut ke tempat yang jauh lebih awam, karena rentan terhadap longsoran," kata Sekretaris Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Lembata Karel Kia Burin ketika dihubungi Antara dari Kupang, Jumat.

Ia mengatakan taksasi anggaran sebesar itu untuk pembangunan fasilitas pemukiman baru serta infrastruktur pendukung lainnya bagi 351 warga Desa Lamagate dan 461 warga Desa Waipukan yang berada di kawasan rawan longsoran.

"Pemerintah Kabupaten Lembata sangat membutuhkan bantuan dari pemerintah pusat sehingga warga yang menjadi korban bencana gempa bisa bermukim di lokasi yang aman dan lebih memadai," katanya.

Rencana relokasi warga dua desa itu telah disampaikan Bupati Lembata Yentji Sunur ketika mengunjungi pengungsi gempa Lembata yang memilih mengungsi di bekas rumah jabatan Bupati Lembata di Kota Lewoleba, Kamis (12/10).

"Pak Bupati sudah sampaikan secara terbuka kepada warga tentang rencana relokasi tersebut. Dua desa itu berada di lereng Gunung Lewotolok dengan tingkat kemiringan mencapai 60 derajat sehingga mudah disiram bebatuan," kata Kia Burin.

Ia menambahkan wilayah Lamagate dan Waipukan sudah tidak aman lagi dijadikan sebagai kawasan pemukiman penduduk karena rawan terhadap bencana tanah longsor.

Warga dua desa tersebut, kata dia, mendukung gagasan Pemkab Lembata untuk direlokasi dengan harapan pemerintah dapat menyiapkan lahan pertanian untuk mendukung aktivitas mereka dalam memenuhi kebutuhan hidup.

Kia Burin menjelaskan Pemkab Lembata sedang menginventarisasi lokasi yang tepat sebagai kawasan pemukiman baru untuk warga dua desa itu, termasuk mendata kawasan pertanian untuk warga. 

Salah satu wilayah yang dianggap ideal untuk kawasan relokasi adalah di wilayah Kecamatan Lebatukan, karena wilayah itu sangat subur sehingga memungkinkan korban bencana gempa untuk mengembangkan usaha pertanian.

"Relokasi warga ini tidak menghilangkan kultur budaya warga setempat, namun intinya untuk menyelamatkan mereka dari bahaya bencana agar lebih nyaman dalam menata ekonomi rumah tangga dan hidup berkelanjutan," demikian Karel Kia Burin.