Tingkatkan Kesejahteraan Guru di Pedalaman

id Sekolah

Tingkatkan Kesejahteraan Guru di Pedalaman

Uskup Agung Kupang Mgr Petrus Turang (kanan) berbincang-bincang dengan Ketua Sinode GMIT Pendeta Merry Kolimon didampingi Ketua Umum Panitia Perayaan HUT ke-70 GMIT dan 500 tahun Reformasi Gereja Fary Djemi Francys di Kupang, Kamis (26/10). (Foto ANT

Pemerintah diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan para guru di pedalaman Nusa Tenggara Timur, karena hingga saat ini kesejahteraan mereka belum memadai.
Kupang (Antara NTT) - Uskup Agung Kupang Mgr Petrus Turang mengharapkan perhatian pemerintah terhadap pembangunan pendidikan di Nusa Tenggara Timur, terutama dalam upaya meningkatkan kesejahteraan para guru di pedalaman, karena hingga saat ini kesejahteraan mereka belum memadai.

"Kalau untuk bantuan pembangunan serta sarana dan prasarana pendidikan memang sudah sangat cukup, namun bagaimana upaya untuk meningkatkan kesejahteraan para guru di pedalaman NTT? Ini yang saya lihat masih kurang," katanya kepada wartawan di Kupang, Kamis.

Hal itu disampaikan usai menerima kunjungan Ketua Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) Pendeta Merry Kolimon bersama Ketua Umum Panitia Perayaan HUT Ke-70 GMIT dan 500 Tahun Reformasi Gereja di Indonesia Fary Djemi Francis.

Sejumlah pimpinan gereja di Kota Kupang menilai bahwa perhatian pemerintah untuk sektor pendidikan, khususnya guru-guru di pedalaman provinsi berbasis kepulauan tersebut, belum memadai, terutama dari sisi peningkatan kesejahteraan.

Sejauh ini, kata Uskup asal Tataaran Manado itu, banyak guru dari sekolah swasta di pedalaman NTT tidak mendapatkan perhatian pemerintah secara optimal, padahal peran mereka juga sama dalam meningkatkan mutu pendidikan di daerah kepulauan ini.

"Dalam pertemuan dengan ibu Pendeta Kolimon dari GMIT tadi, kita sudah membahas banyak hal terkait pendidikan dan juga gereja bertekad tetap berada pada jalannya untuk membantu meningkatkan pendidikan di daerah ini," tuturnya.

Ia mengemukakan bahwa sejauh ini gereja sudah banyak membangun sekolah untuk kepentingan sosial, bukan untuk bisnis.

Hal yang sama juga diakui Pendeta Merry Kolimon dengan mengemukakan bahwa GMIT dan Keuskupan Agung Kupang yang mewakili umat Katolik, telah berkomitmen menjadikan momentum HUT GMIT dan Reformasi 500 gereja sebagai momentum untuk meningkatkan pendidikan umat.

"Momentum untuk saling menghargai dan saling menjaga kerukunan umat beragama di NTT dalam Yesus Kristus," katanya.

Ia juga mengakui bahwa apa yang disampaikan oleh Uskup Agung Kupang itu memang benar dan sesuai dengan kenyataan di NTT.

"Dukungan proses belajar mengajar seperti sarana prasarana memang saat ini sudah memadai, tetapi percuma jika gedung bagus tanpa didukung kualitas guru yang memadai serta kesejahteraan yang minim," katanya.

Hal itu terbukti dengan beberapa sekolah di pedalaman Pulau Timor yang gedungnya bagus, tetapi terancam ditutup karena kurangnya guru. "Kita berharap pemerintah bersikap adil dalam mendistribusi dan menempatkan para guru," katanya.

Pendeta Kolimon menjelaskan banyak guru berstatus pegawai negeri yang ditempatkan di sekolah swasta, mengeluh soal kenaikan pangkat. "Soal usul kenaikan pangkat, sulitnya bukan main," katanya menegaskan. 

Ia berharap ada regulasi dari negara yang memastikan bahwa guru di sekolah swasta dan negeri, harus diberi perlakukan yang sama, karena mereka mengabdi untuk anak-anak bangsa demi kepentingan bangsa dan negara.

Dengan demikian, maka negara harus menjamin kesejahteraan mereka, baik bagi guru yang ditempatkan di sekolah negeri maupun swasta yang berada di pedalaman NTT," demikian Pendeta Merry Kolimon.