Pengusaha Sambut Positif Penambahan Kapal Ternak

id Ternak

Pengusaha ternak di Kupang, Nusa Tenggara Timur menyambut positif rencana penambahan kapal ternak untuk mengangkut ternak dari daerah ini ke Pulau Jawa dan Sumatera.
Kupang (Antara NTT) - Pengusaha ternak di Kupang, Nusa Tenggara Timur menyambut positif rencana penambahan kapal ternak untuk mengangkut ternak dari daerah ini ke Pulau Jawa dan Sumatera.

"Penambahan kapal ternak merupakan kebijakan positif Pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla, tetapi harus pula diikuti dengan pembenahan tata niaga sapi di daerah ini," kata Direktur PT Binusindo Fabi Banase kepada Antara di Kupang, Jumat, terkait penambahan dua kapal ternak oleh Kementerian Perhubungan.

Menurut dia, saluran tata niaga sapi di provinsi berbasis kepulauan itu terlalu panjang sehingga merugikan para pelaku bisnis dan juga petani peternak sendiri.

"Artinya, jika saluran tata niaga ternak sapi belum diperbaiki, maka penambahan kapal tidak memberikan nilai tambah yang berarti bagi para pebinis peternakan serta para petani peternak," katanya.

Dia menambahkan, rantai niaga sapi dari produsen ke konsumen seperti pengurusan administrasu dalam pengeluaran ternak sapi antar provinsi terlalu panjang.

Disamping itu infrastruktur tata niaga yang tidak menunjang menjadi penghambat target pemerintah yang menginginkan peningkatan daya saing produk lokal melalui proses pelayanan yang cepat, mudah, murah, transparan, pasti dan terjangkau, katanya.

Padahal usaha memangkas dwelling time yang dilakukan oleh Presiden Jokowi di berbagai pelabuhan dengan konsep tol laut, termasuk di dalamnya dengan kapal pengangkut sapi, merupakan langkah konkrit untuk menaikkan daya saing produk asal berbagai daerah untuk pasar dalam negeri, katanya.

Seharusnya, kata dia, dengan munculnya sekian regulasi baru di pusat, rantai niaga sapi di daerah bisa dipangkas.

Namun, upaya Presiden Jokowi dengan kapal ternak bertentangan dengan Perda No.10 Tahun 2003, maupun Pergub No.15 tentang mekanisme pengeluaran sapi atau ternak besar dari NTT. Akibatnya, biayanya membengkak karena sapi tertahan di karantina, katanya.

"Secara akumulatif beban juga ditanggung oleh peternak yang sulit untuk mengorganisir kepentingannya sendiri, dan jika dilihat lebih jauh juga berpengaruh pada daya saing komoditas sapi asal NTT," katanya menambahkan.