Mewujudkan Perairan TNK Yang Bebas Sampah

id TNK

Mewujudkan Perairan TNK Yang Bebas Sampah

Kapal pesiar di wilayah TNK dan Labuan Bajo yang biasa digunakan wisatawan untuk menikmati keindahan alam di ujung barat Pulau Flores, NTT itu. (Foto Ist)

"Pembagian brosur tersebut agar wisatawan bisa menjaga kebersihan dengan tidak membuang sampah sembarangan di sepanjang perairan tersebut," kata Jansi Sartin.
Kupang (Antara NTT) - Wilayah perairan di sekitar Taman Nasional Komodo (TNK) serta Labuan Bajo, ibu kota Kabupaten Manggarai Barat di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur masih penuh dengan sampah, sehingga menjadi sorotan para wisatawan yang berkunjung ke Komodo dan pulau-pulau sekitarnya.

Mencermati fenomena tersebut, WWF Indonesia dan Balai TNK di Labuan Bajo menginisiasi pembagian brosur panduan wisata ramah lingkungan kepada pengunjung yang hendak menikmati keindahan alam di wilayah perairan Komodo serta Labuan Bajo.

"Pembagian brosur tersebut agar wisatawan bisa menjaga kebersihan dengan tidak membuang sampah sembarangan di sepanjang perairan tersebut," kata Koordinator WWF Labuan Bajo Jansi Sartin kepada Antara melalui telepon selular dari Labuan Bajo, Senin.

Menurut dia, inisiatif itu dilakukan demi menjaga agar setiap wisatawan yang datang ke Labuan Bajo dan seterusnya ke TNK tidak sembarangan membuang sampah plastik di wilayah perairan setempat.

Labuan Bajo telah ditetapkan menjadi salah satu dari 10 destinasi terpopuler di Indonesia, sehingga ekosistem lautnya harus bebas dari sampah plastik agar tidak merusak taman laut di wilayah perairan tersebut sampai ke habitat Komodo di TNK.

Dia menyebut brosur tersebut berisi larangan membuang sampah plastik dari kemasan air mineral ke dalam laut, dan hal ini menjadi tanggung jawab pihak pemandu yang mendampingi para wisatawan yang sedang menikmati wisata di perairan Labun Bajo dan TNK. 

"Beberapa petugas TNK dan WWF terus berpatroli membagikan brosur-brosur itu ke setiap kapal pesiar yang akan membawa wisatawan berkeliling di wilayah perairan sekitarnya sampai ke TNK," katanya.

Secara kelembagaan Pemerintah Kabupaten manggarai Barat telah menerbitkan peraturan bagi penataan dan pengelolaan sampah di sepanjang pesisir dan laut daerah itu.

Namun demikian, penting untuk terus disosialiasi serta dilakukan sejumlah langkah lainnya seperti pembagian brosur tersebut. "Memang butuh waktu untuk bisa mengajak dan menyadarkan warga untuk ikut aktif dalam mengelola sampah agar bisa berjalan sesuai harapan," katanya.

Dari catatan Balai TNK, produksi sampah yang dihasilkan warga dan rumah tangga masyarakat di Labuan Bajo setiap harinya mencapai 12 meter kubik.

Tentunya sampah dengan segala jenisnya itu harus bisa dikelola untuk kepentingan pemanfaatan sekaligus membangun kepedulian masyarakat untuk menjaga kelestarian ekosistem dan sumber daya pesisir dan laut serta biota di bawah air.

Balai TNK terus melakukan pengelolaan sampah kiriman yang diproduksi warga dan rumah tangga di Labuan Bajo yang mampir ke Pulau Komodo dan perairan sekitarnya. 

Kepala Balai Taman Nasional Komodo Sudyono pernah mengatakan, tingkat kunjungan wisatawan ke daerah itu sangat tinggi. Hingga Agustus 2017, tingkat kunjungan wisatawan ke TNK mencapai 60.000 - 70.000 wisatawan. 

Dari jumlah itu, pemasukan uang untuk mengisi pundi-pundi balai yang diberikan kewenangan mengurus Pulau Komodo itu berjumlah Rp19 miliar lebih. Jumlah ini sangat fantastis dan telah melampaui target tahunan yang ditetapkan oleh balai sebesar Rp15 miliar.

Untuk 2016 silam, lanjut dia, capaian pemasukan dari sekitar 90.000 wisatawan yang berkunjung ke Pulau Komodo sebesar Rp22 miliar.