Upaya mendorong warga menaati prokes

id covid,ntt

Upaya mendorong warga menaati prokes

Petugas menghukum seorang warga yang melanggar protokol kesehatan (ANTARA/Bernadus Tokan)

Selama kesadaran masyarakat untuk segera mengakhiri penularan atau transmisi virus corona masih rendah, bahkan acuh tak acuh dengan segala macam alasannya, maka risiko sakit dan kematian akibat virus ini sulit diturunkan apalagi ditiadakan
Kupang (ANTARA) - Ratusan warga Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur terjaring operasi justisi Satgas Penegak COVID-19 selama tiga hari operasi (24-26/5). Mereka yang terjaring operasi ini karena menggunakan masker saat mengendarai kendaraan bermotor di Kota Kupang.

Pada hari pertama terjaring 94 pelanggar, hari kedua 171 orang dan hari ketiga 97 pelanggar dengan total denda sesuai Pergub 49/2020 sebesar Rp. 4.400.000.

Dari 362 warga yang melanggar protokol kesehatan ini ada 273 pelanggar yang menerima sanksi sosial, 89 lainnya membayar sanksi administrasi yang uangnya akan disetor ke kas Negara dan  ada 2 KTP-e yang disita, demikian penjelasan Kaban Kesbangpol NTT Yohanes Oktovianus.

Data ini memberikan gambaran kepada kita semua bahwa masyarakat belum sepenuhnya taat dan mematuhui protokol kesehatan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan.

Padahal, sadar atau tidak bahwa semua orang memiliki peluang yang sama tertular virus COVID-19.

Mengapa karena seluruh Indonesia sudah memiliki transmisi lokal dan transmisi lokal biasa terjadi karena mobilitas penduduk, dengan tidak menggunakan protokol kesehatan dengan baik dan teratur. 

Hanya mereka yang taat protokol kesehatan saja yang tentunya akan memperkecil penularan COVID-19 dari orang ke orang.

Artinya kata kuncinya adalah kesadaran dari kita semua untuk selalu taat dan patuh pada protokol kesehatan, baik yang sudah menerima vaksin maupun yang belum divaksin.

Tanpa adanya kesadaran, semua upaya yang dilakukan pemerintah tidak dapat menahan laju penyebaran COVID-19 di negeri ini.

4 Faktor

Epidemiolog dari Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, Nusa Tenggara Timur Dr. Pius Weraman, M.Kes mengatakan, ada empat faktor yang dapat memicu peningkatan kasus COVID-19 setelah liburan Idul Ftri.

"Jika terjadi peningkatan kasus setelah Idul Fitri berarti ada beberpa faktor penyebab yaitu pertama, mereka yang kurang taat terhadap protokol kesehatan  baik dalam  situasi kunjungan  dalam rangkah hari raya tersebut," katanya.

Kedua bagi mereka yang terkategori sebagai orang yang tanpa gejala mempunyai daya infektif dan memudahkan dalam penularan bagi orang yang sangat dekat dalam jangka waktu lama.

Ketiga bahwa setiap orang memiliki sistem immunitas berbeda antar satu dengan lainnya, sehinggah kemungkinan daya cegahnya tubuh kurang kuat terhadap virus COVID-19.

Dan keempat adalah mereka yang memaksakan diri untuk saling mengunjungi antar teman, sahabat, atau keluarga sehingga mempercepat juga penularan virus ini, katanya. 

Dari empat faktor ini, kata dia, masih banyak hal lain tetapi umumnya pengaruh peningkatan ini sehubungan dengan faktor lingkungan, faktor manusia dan faktor agentnya. 

"Tentu keempat faktor tersebut ketika terjadi interaksi maka sudah barang tentu akan memperburuk situasi pandemi COVID-19 tersebut," katanya menjelaskan. 

Kesadaran masyarakat

Ketua Perhimpunan Dokter Umum Indonesia (PDUI) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), dr Teda Litik mengatakan, perlu kesadaran dari masyarakat untuk mengakhiri penularan COVID-19.

"Selama kesadaran masyarakat untuk segera mengakhiri penularan atau transmisi virus corona masih rendah, bahkan acuh tak acuh dengan segala macam alasannya, maka risiko sakit dan kematian akibat virus ini sulit diturunkan apalagi ditiadakan," katanya.

Baca juga: Ribuan lansia di Kota Kupang sudah divaksin COVID-19

Dalam hal kebijakan pelarangan mudik misalnya, masyarakat terlihat tidak peduli bahkan mereka dengan segala cara berupaya mencari cara untuk tetap mudik, walaupun harus melalui jalan berliku.

Baca juga: Varian baru COVID-19 tiga kali lipat lebih cepat menular

Padahal, fakta telah membuktikan bahwa liburan panjang lalu telah mendongkrak angka positif COVID-19, sekaligus meningkatnya kasus kematian akibat virus tersebut.

Karena itu, tanpa adanya kesadaran masyarakat maka semua kerja keras pemerintah untuk dan mengakhiri penyebaran virus Corona jenis baru ini, semua akan sia-sia.

"Intinya adalah kesadaran dan ketaatan masyarakat terhadap protokol kesehatan sangat menentukan keberhasilan "perang" ini," kata Teda Litik menambahkan.