Puluhan Kapal Cakalang Parkir Akibat Cuaca Buruk

id Badai

Puluhan Kapal Cakalang Parkir Akibat Cuaca Buruk

Hujan disertai angin kencang yang mengakibatkan puluhan kapal cakalang milik nelayan Kupang terpaksa diparkir.

Hujan disertai angin kencang yang melanda wilayah perairan Nusa Tenggara Timur saat ini, menyebabkan puluhan kapal cakalang milik nelayan Kupang terpaksa diparkir.
Kupang (Antara NTT) - Hujan disertai angin kencang yang melanda wilayah perairan Nusa Tenggara Timur saat ini, menyebabkan puluhan kapal cakalang milik nelayan Kupang terpaksa diparkir.

Sekretaris Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Nusa Tenggara Timur Wahid Wham Nurdin di Kupang, Kamis, mengatakan lebih dari 20 kapal cakalang di Kota Kupang saat ini terpaksa parkir akibat cuaca buruk.

"Dari sekitar 25 kapal cakalang yang berbasis di Kota Kupang, hanya ada dua kapal saja yang keluar karena kondisi cuaca buruk di area fishing ground terutama di perairan selatan Pulau Timor," katanya saat dihubungi Antara.

Wham Nurdin yang merupakan nelayan yang berbasis di TPI Tenau itu menjelaskan, kondisi angin kencang di perairan membuat kapal-kapal cakalang mulai kembali berlabuh sejak pekan lalu.

Selain kapal cakalang, lanjutnya, kapal-kapal pancing ikan dasar baik yang berbasis di daerah setempat maupun dari luar seperti Bali pun sudah mulai kembali ke daerahnya.

"Semua sudah mulai pulang sejak pekan lalu karena kondisi cuaca, dan ini bisa berlangsung sampai Maret 2018 nanti," katanya.

Menurutnya, kondisi tersebut dapat berdampak pada melemahnya pasokan ikan menjelang akhir tahun terutama untuk jenis ikan tuna, cakalang, belang kuning, dan plagis besar.

Ia mengatakan, hanya kapal-kapal lampara yang menangkap jenis ikan seperti kembung yang masih bisa melaut di perairan dekat karena aman dari gelombang.

"Nelayan lampara masih bisa mencari ikan karena bisa berteduh di belakang Pulau Semau, tapi juga setengah mati karena angin kencang sehingga kondisi arus tidak bagus," katanya.

Ia menjelaskan, akibat tidak melaut para nelayan seperti yang berbasis di TPI Tenau hanya menganggur dan memeriksa kapal-kapalnya.

"Hari ini yang terlihat di Tenau sekarang ada nelayan yang sementara bereskan jangkar dan tali kapal, pukat, dan juga memeriksa kondisi mesin kapal, dan lainnya," katanya.

Wham Nurdin menambahkan, selama tidak melaut akibat musim barat atau angin kencang berlangsung para nelayan hanya bertahan dengan mencari pekerjaan sampingan seperti menjadi buruh, tukang bangunan, kondektur, sopir, dan sebagainya yang sifatnya serabutan.