Menjaga kebhinekaan dalam pilkada serentak

id KPU

Menjaga kebhinekaan dalam pilkada serentak

Ketua KPU NTT Maryanti Adoe (kanan) didamping Wakapolda NTT Brigjen Pol Victor M (kiri) saat menggelar rapat terkait pengamanan Pilkada serentak 2018. (Foto ANTARA/Bernadus Tokan)

"Terlalu besar biaya yang kita tanggung kalau kita merusak persaudaraan dan persatuaan kita gara-gara memilih bupati, wali kota, gubernur, dan presiden," kata Jokowi.
Kupang (Antaranews NTT) - Tahun 2018 telah memasuki pertengahan bulan dan hiruk-pikuk pemilihan gubernur dan wakilnya serta pemilihan bupati dan dan wakil bupati hingga wali kota-wakil wali kota sudah mulai ramai dibicarakan oleh setiap pendukungnya.

Di berbagai media sosial walaupun belum memasuki masa kampanye, sejumlah pendukung masing-masing calon sudah mulai mempromosikan dan mengunggulkan pasangannya masing-masing.

Untuk wilayah Nusa Tenggara Timur sendiri, akan ada 10 kabupaten yang akan mengelar Pilkada Serentak. Bersamaan dengan itu pula akan diadakan pemilihan gubernur untuk periode 2018-2023 yang semuanya serentak dilaksanakan pada tanggal 27 Juni.

10 kabupaten di NTT yang akan mengelar Pilkada serentak pada 27 Juni mendatang yakni Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan, Sikka, Alor, Ende, Manggarai Timur, Nagekeo, Sumba Tengah, Sumba Barat Daya, dan Rote Ndao.

Komisi Pemilihan Umum (KPU) NTT memastikan bahwa untuk Pilkada Pemilihan Gubernur NTT, hanya empat pasangan yang mendaftar sampai akhir pendaftaran yakni pada Rabu (10/1).

"Pendaftaran dimulai pada Senin (8/1) hingga Rabu (10/1), dan hingga Rabu malam tak ada lagi calon gubernur yang mendaftar," kata Ketua KPU NTT Maryanti Adoe di Kupang.

Khusus untuk Pilgub NTT sendiri, empat pasangan calon yang mendaftar di KPU itu yakni, pasangan Marianus Sae-Emmilia Noelmina, pasangan Benny K. Harman-Benny Litelnoni, Pasangan Esthon Foenay-Christian Rotok dan terakhir adalah pasangan Victor Laiskodat-Josef Nae Soi.

Untuk pasangan Marianus Sae-Emmilia Noemina diusung oleh dua partai yakni PDI-P dengan 10 kursi dan PKB dengan lima kursi sehingga totalnya 15 kursi. Sementara Benny K Harman dan Benny Litelnoni diusung oleh partai Demokrat dengan delapan kursi, PKPI tiga kursi dan PKS dua kursi.

Kemudian untuk pasangan Esthon-Christian Rotok diusung oleh Partai Gerindra yang memiliki delapan 8 kursi serta PAN yang memiliki lima kursi.Sementara untuk Victor Laiskodat dan Josef diusung oleh partai NasDem dengan delapan kursi, Golkar dengan 11 Kursi dan Hanura dengan lima kursi.

Semuanya menurut KPU telah memenuhi syarat dan siap untuk melanjutkannya ke tahapan berikutnya yakni melakukan verifikasi bakal calon yang akan dimulai pada Februari mendatang.

Berbagai harapan datang dari KPU serta Badan Pengawas Pemilu NTT, yakni berharap agar setiap pasangan serta pendukung masing-masing pasangan tetap menjaga keaamanan selama berbagai tahapan berlangsung hingga sampai hasil pemungutan suara.

KPU sendiri juga mengimbau setiap pasangan calon agar tetap menaati berbagai peraturan yang dikeluarkan sesuai dengan UU yang berlaku.

"Tetaplah menjaga persaudaraan diantara kita. Jangan sampai hanya karena Pilkada Serentak hubungan persaudaraan kita jadi rusak," ujarnya.

Menjaga persaudaraan.
Pernyataann untuk menjaga persaudaraan ini juga disampaikan oleh Gubernur NTT Frans Lebu Raya beberapa waktu. Menurut dia, tak ada untungnya jika sebuah jalinan keakraban atau persaudaraan itu hancur hanya gara-gara Pilkada yang dilaksanakan sekali dalam lima tahun itu.

Masyarakat boleh berbeda-beda dalam memilih pemimpin, namun perbedaaan itu tidak lantas memecah-belah persaudaraan yang sudah dirajut dengan baik selama ini.

Berbagai peristiwa konflik dalam Pilkada masa lampau di daerah itu maupun daerah lainnya harus bisa menjadi cerminan yang mendewasakan setiap orang untuk menjaga agar suasana aman dan damai tetap tercipta.

"NTT di mata daerah lain telah menoreh penilaian yang baik sebagai daerah yang damai, yang toleransinya yang tinggi. Saya minta agar ini tetap kita jaga, karena dengan suasana aman dan damai kita bisa membangun daerah ini menjadi cepat maju," katanya.

Masyarakat pun diajak agar lebih cerdas memilih pemimpin secara dewasa dan cerdas tanpa memainkan isu-isu primodial dan sektarian.

Perkembangan teknologi media sosial juga sering mengkhawatirkan karena banyaknya informasi bohong yang disebarluaskan penggunanya yang sulit diketahui identiasnya.

Untuk itu, gubernur dua periode itu mengingatkan masyarakatnya agar berhati-hati "mengonsumsi" informasi terutama menyambut Pilkada mendatang sehingga tidak terprofokasi dengan berita-berita bohong.

"Jangan gunakan teknologi untuk menyebarkan hoax, kabar-kabar yang bohong, ataupun ujaran kebencian yang memicuh konflik," timpalnya.

Terkait pengamanan Pilkada di NTT sendiri, ia memberikan hak sepenuhnya kepada Polda NTT selaku otoritas keamanan di wilayah itu.

27.750 personel berjaga
Sementara itu, Kapolda NTT Irjen Polisi Agung Sabar Santoso mengatakan jumlah personel gabungan yang akan mengamankan jalannya pilkada serentak 2018 berjumlah 27.750 personel.

Sabar Santoso yang baru saja meninggalkan posnya sebagai Kapolda NTT itu merincikan untuk personel Polda NTT jumlahnya mencapai 7.150 personel, kemudian untuk TNI mencapai 1.200 personel dan dari Linmas mencapai 19.400 personel.

Namun jumlah tersebut bukan merupakan jumlah pasti sebab dalam waktu dekat akan ada penambahan personel lagi dari Mabes Polri.

"Kita minta bantuan personel dari Mabes Polri yang jumlahnya mencapai dua SSK (sekitar 200 orang). Kita berharap TNI juga dapat menambah jumlah personelnya," katanya.

Irjen Agung Sabar Santoso yang kini menduduki jabatan sebagai Kepala Divisi Hukum Mabes Polri itu tak ingin terjadi hal-hal yang tidak diinginkan saat dilaksanakannya pesta demokrasi tersebut.

Jaga kebhinekaan
Pilkada di Indonesia akan digelar di 17 Provinsi. Total calon yang mendaftar di KPUD hingga saat ini mencapai 116 orang atau 58 pasang calon. Indonesia dikenal sebagai negara yang berdaulat dan dikenal dengan Kebhinekaannya.

Slogan Berbeda-Beda Namun Tetap Satu Jua yang disatukan dalam Ideologi Pancasila seharusnya menjadi pendoman bagi masyarakat di negara ini untuk tetap menjaga Kebhinekaan yang menyatukan bangsa ini dari Sabang- Merauke dari Mianggas hingga pulau Rote.

Presiden Joko Widodo saat berada di NTT selama dua hari yakni Senin (8/1) hingga Selasa (9/1) itu juga mengimbau masyarakat tetap menjaga suasana Kbhinekaan menyambut pilkada serentak di tahun 2018 yang akan digelar untuk 171 daerah seluruh Indonesia. Hajat besar ini sama sekali belum pernah dilaksanakan di negara lain di dunia ini.

"Tahun 2018 ini kita memasuki tahun politik, ini yang perlu kita perhatikan agar kita semua bersama-sama menjaga Kbhinekaan kita sehingga pesta demokaasi ini bisa berjalan dengan baik," ujarnya.

Jokowi mengatakan hanya dengan kematangan dan kedewasaaan berpolitiklah, masyarakat bisa memastikan pesta demokrasi itu bisa berjalan dengan aman dan lancar.

"Jangan sampai karena perbedaan pilihan politik membuat antarteman menjadi pecah, antartetangga berpisah, antarkampung menjadi terbelah, tidak boleh seperti itu, sekali lagi saya tegaskan tidak boleh seperti itu," tambahnya..

Jokowi mengingatkan demokasi dalam rangkaian proses pilkada serentak tidak diwarnai dengan hal-hal yang menciderai persatuan dan kesatuan bangsa. Pilihan politik boleh saja berbeda namun setelah pemilihan berlangsung masyarakat meski kembali hidup bersaudara dalam suasana yang aman dan damai seperti sedia kala.

"Terlalu besar biaya yang kita tanggung kalau kita merusak persaudaraan dan persatuaan kita gara-gara memilih bupati, wali kota, gubernur, dan presiden," katanya.

Presiden mengingatkan semua elemen masyarakat menghindari penggunaan media sosial untuk saling menghujat, saling menyerang, menjelekkan dan menjatuhkan satu dengan yang lain yang berbeda pilihan politik selama proses Pilkada.

Hal-hal ini, katanya, bukan menirukan budaya dan tradisi demokrasi di Indonesia karena negara ini merupakan negara yang santun, memiliki tradisi keramahtamahan yang baik dan diakui berbagai negara.